Pulang dari masjid, niatnya mau langsung membaca Al Qur'an. Tapi di sudut kiri atas smartphone ada notifikasi, Pepih Nugraha - mantan wartawan harian Kompas, yang  juga pendiri Kompasiana, memanggilku lewat WhatsApp.
Bisa jadi beliau memanggilku belum lama. Sekira dua menit yang lalu. Karena kulihat ia masih online. Maka segera kupanggil balik.
Tapi tak diangkatnya pula. Mungkin sedang beraktivitas lain, pikirku.
Hanya saja selang beberapa detik kemudian, beliau memanggil balik.
Segera kubuka panggilannya. Dengan menggeser ikon telpon warna merah ke sebelah atas, tentunya.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..."
.... Setelah saling menyapa, dan bertanya kabar masing-masing, beliau mengabarkan sesuatu yang di luar dugaan. Maksudku yang tak terpikirkan sebelumnya dalam kepalaku.
Betul, beliau mengabarkan bahwa tulisanku yang diikutkan dalam lomba menulis di K, yang disponsori Bupati Malinau, Kalimantan Utara (saat itu) DR Yansen TP, M.Si, katanya tak lama lagi akan dibukukan.
Ihwal tulisanku tersebut, Pepih Nugraha pun, katanya, mendapatkan rekomendasi dari Nurulloh - penjaga gawang di blog keroyokan K.
Selain mengabarkan ihwal tersebut, Pepih Nugraha pun mengundang aku untuk menghadiri seminar di hotel Pullman Jakarta terkait kumpulan tulisan yang akan dibukukan tersebut bersama DR Yansen TP yang sekarang ini telah menjadi Wakil Gubernur Kaltara.