Memasuki minggu kedua di bulan Juni kemarin, tepatnya 11 Juni 2020, beredar tulisan politisi PDIP, yang juga anggota komisi I DPR, Adian Napitupulu, yang isinya mengkritisi kinerja kementerian BUMN.
Publik pun untuk sementara merasakan ada sesuatu yang tidak seperti biasanya dengan "nyanyian" aktivis '98 itu.Â
Betapa tidak, selain dianggap begitu lugas, tegas, dan tanpa tedheng aling-aling lagi menelanjangi "borok" dalam tubuh kementerian yang dipimpin mantan pemilik klub sepakbola Inter Milan itu, juga dalam tulisannya itu Adian Napitupulu terkesan sedang membuka topeng wajahnya sendiri yang notabene sebagai seorang politikus yang sesungguhnya memang watak politikus yang dikenal selama ini.
Bagaimanapun sebagai politikus yang berasal dari parpol pengusung pemerintah, terutama Presiden Jokowi, meskipun selama ini sosok yang selalu tampil dengan kesan sederhana, dan apabila bicara di depan publik pun memiliki warna tersendiri, lugas dan apa adanya, kali ini justru telah terbalik seratus delapan puluh derajat di mata publik, dan begitu tampak jelas seakan-akan tengah ikut campur merecoki urusan rumah tangga orang lain.
Adapun yang paling dipelototi Sekjen Pena '98 itu adalah kebijakan Erick Thohir dalam hal pengangkatan komisaris di beberapa perusahaan pelat merah yang dianggapnya tidak konsisten dalam kebijakannya.
Selain disebutnya ada yang merangkap jabatan di lembaga lain, Adian pun menuding, banyak pensiunan yang menjabat di BUMN. Padahal, awalnya, Erick mengeluhkan. Namun, belakangan justru banyak penempatan pensiunan di BUMN. Selain itu juga disebutkan ada relawan yang mendeklarasikan Erick Thohir untuk menjadi calon presiden, diangkat sebagai komisaris di salah satu perusahaan pelat merah.Â
Lebih jauh lagi Adian mengungkapkan, ada orang yang bukan berasal dari partai koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga mendapatkan posisi komisaris di salah satu BUMN.
Akan tetapi, keheranan publik pun tidak harus memakan waktu lama untuk mendapatkan jawabannya. Setelah kemudian Adian membeberkan sendiri yang melatarbelakangi dirinya "berteriak" lantang ihwal Kementerian BUMN, khususnya Erick Thohir yang di mata Adian sedang mencari panggung untuk menuju Pilpres 2024 mendatang.
Ternyata oh ternyata semua itu lantaran "aspirasi" yang terhormat anggota komisi I DPR RI yang satu ini merasa dianggapnya tidak diakomodir, atau dicuekin oleh mantan ketua Tim Sukses Jokowi-Ma'ruf Amin itu.
Menurut mantan aktivis pergerakan mahasiswa ini, penunjukan jabatan komisaris BUMN sangat bermuatan politis. Padahal, lanjut dia, kalaupun proses pemilihan komisaris BUMN berpedoman pada kompetensi, ada sejumlah kader partai koalisi pemerintah yang dianggap cocok mengisi posisi di perusahaan negara.
Adian kemudian bercerita, Presiden lewat Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada Oktober 2019 meminta nama-nama aktivis 1998 yang punya kompetensi menempati jabatan-jabatan publik.