Tidak seperti biasanya  malam itu Jang Ridwan tampak bermuka masam, dengan mulut terkatup rapat, dan memilih duduk seorang diri di pojokan.Â
Kami pun yang satu regu ronda malam dengannya merasa keheranan. Soalnya baru malam itu kami melihat perubahan drastis pada anak muda yang satu ini.Â
Betapa tidak,  Jang Ridwan yang merupakan satu-satunya  ronda malam dalam regu kami yang usianya paling muda,  selalu saja tampil ceria, dan karena itu juga iapun selalu mampu membangkitkan gelak tawa di antara kami dengan banyolannya yang segar, dan sarat oleh kelucuan.Â
Tak pernah sebelumnya kami melihat keadaannya yang seperti malam itu.Â
Aneh memang.
Dalam keadaan seperti itu pula kami hanya bisa menerka-nerka. Apakah mungkin karena tidak mendapatkan jatah bansos dari ketua RT terkait pandemi Covid-19? Tapi sepertinya mustahil, kalau sampai tidak mendapatkannya.Â
Menurut Kang Budi, salah seorang teman satu regu ronda malam bersama kami, dan merupakan sekretaris dalam kepengurusan RT, semua warga di lingkungan kami mendapatkan bansos tanpa kecuali. Karena perekonomian semuanya juga  ikut terdampak oleh virus Corona tersebut.
Atau jangan-jangan sedang ada masalah di dalam rumah tangganya?Â
Semuanya geleng-geleng kepala. Karena tak seorangpun yang tahu pasti. Bahkan kalau melihat kehidupan rumah tangganya, pasangan suami-isteri yang baru memiliki dua anak yang masih kecil-kecil itu boleh dibilang rukun-rukun saja. Ditambah lagi dengan ekonomi keluarganya pun di lingkungan kami termasuk sudah termasuk mampu juga, biarpun baru beberapa tahun mengarungi kehidupan berumahtangga.
Sebagai seorang suami, Jang Ridwan termasuk seorang lelaki yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar juga memang terhadap keluarga. Hal itu tampak dari usahanya sebagai seorang pedagang sembako di pasar kecamatan yang dilakoninya sejak masih bujangan.
Begitu.