Padahal bisa jadi pada awalnya Presiden Jokowi menaruh harapan besar terhadap para staf khusus dari generasi milenial pilihannya itu. Selain untuk memberikan warna lain, juga dapat menjadi ikon dalam upaya memutus mata rantai korupsi. Lantaran selain merupakan extraordinary crime, korupsi juga dianggap  sudah merupakan tindak  kejahatan yang sulit dibasmi di negeri ini.Â
Namun indah asa dari kenyataannya, ternyata generasi milenial pun sudah terpapar juga oleh virus kejahatan luar biasa yang satu ini. Sehingga suka maupun tidak suka, selain yang bersangkutan, Andi Taufan Garuda Putra, sebaiknya mengundurkan diri dari statusnya sebagai staf khusus Presiden, Presiden Jokowi pun sudah seharusnya memberikan tindakan tegas kepada Andi Taufan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Sungguh sayang memang. Sayang disayang Andi Taufan yang memiliki track record begitu moncer, dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perdesaan, pada akhirnya  bak bunga yang layu sebelum berkembang. Bisa jadi anggapan bahwa generasi milenial pun sebelas-dua belas dengan generasi sebelumnya tak bisa terbantahkan lagi. Manakala telah berada di puncak, ia pun lupa kepada tangga pertama yang susah-payah dinaikinya.
 Harta dan takhta telah membutakannya. Tak peduli sekalipun  di saat bangsanya tengan cemas dan menderita juga.
Maka tak ada pilihan lain. Terlebih dalam situasi darurat dalam menghadapi bencana nasional sekarang ini. Hukum harus ditegakkan. Jangan sampai ada tudingan pemerintahan Presiden Jokowi telah gagal dalam upaya pemberantasan korupsi karena permasalahan terkait Staf Khusus Milenialnya yang satu ini.***