Selama dua minggu #dirumahsaja akibat bencana global pandemi virus corona, praktis banyak kegiatan yang biasanya sering dilakukan, terpaksa harus dihentikan dalam ketidakpastian.Â
Sementara yang masih tetap dilakukan, adalah berkebun di pekarangan rumah, mengurus ternak kambing dan ayam, juga menulis dan membaca yang di dalam keadaan bagaimana juga harus tetap dilakukan - kecuali sedang tidur dan sedang mandi.Â
Sebagai pemeluk agama Islam, shalat berjamaah yang lima kali dalam satu hari, dan salat Jumat  yang pelaksanaannya sekali dalam satu minggunya, apa boleh buat tidak  lagi dilakukan. Karena mengikuti himbauan physical distancing  dari pemerintah, ditambah lagi hasil ijtima para ulama. Sehingga praktis hanya bisa dilakukan secara sendirian di rumah saja.Â
 Demikian juga kebiasaan kongkow-kongkow sore hari, atawa jelang malam di warung kopi, idem ditto, alias sama juga dengan shalat berjamaah. Tidak lagi dilakukan. Hanya saja dalam hati muncul rasa iba pada pemilik warung kopi langganan kami. Sumber hidup yang diandalkannya kali ini terpaksa jadi terhenti. Semoga saja dia bisa mengakalinya dengan mencari sumber penghidupan lainnya lagi.
Ya, apa boleh buat memang. Pilihan agar terhindar dari terjangkitnya Covid-19, anjuran pemerintah harus ditaati. Sekalipun dengan terpaksa harus mengorbankan banyak kegiatan dan kesenangan, khususnya segala hal yang melibatkan banyak orang, untuk sementara ini harus dihindari memang.
Termasuk juga mengunjungi perpustakaan. Bukan maksud saya menyombongkan diri. Tapi berhubung hobi membaca bagi diri saya ini sudah mendarah daging, dan sulit untuk dijauhi lagi, maka selain pergi ke toko buku (Kalau kebetulan punya duit lebih), saya pun dengan rutin pergi ke perpustakaan di pusat kota yang jaraknya sekitar 25 kilometer dari kampung tempat tinggal saya, juga tak lagi saya lakukan.Â
Nah, pada awalnya hal itu rasanya sangat menyiksa bagi saya. Terlebih lagi koleksi bahan bacaan di rumah yang sedikit, dan sudah berulang kali dibaca, tentunya membuat saya kadang merasa bosan juga. Paling yang membuat sedikit lega adalah membaca berita dari media online, dan mengobrak-abrik berbagai website - kecuali situs porno yang sudah lama diblokir pemerintah.
Ahirnya seminggu lalu, tengah mencoba mencari-cari e-book di Google, muncul banyak hasil pencarian yang mengarah pada aplikasi perpustakaan digital.Â
Aha! Bagaikan musafir yang menemukan mata air saja laiknya. Di tengah kebingungan yang sedikit mengarah pada rasa pusing tujuh keliling, ingin mendapatkan bahan bacaan, yang memang tidak boleh tidak harus selalu ada, dengan berbagai aplikasi maupun beberapa website yang menyediakan berbagai buku digital, ahirnya saya pun merasalega karenanya.
Tapi saya tidak akan egois kok. Khusus bagi kompasianer yang mungkin mengalami hal yang sama dengan saya (Sementara bagi yang sudah melek, silahkan lewat juga gak apa-apa), alias kesulitan untuk berkunjung ke perpustakaan, maupun belum menemukan alamat situs yang menyediakan perpustakaan digital, saya bagikan bocoran beberapa link-nya di bawah ini:
1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Sobat K bisa mengakses http://e-resources.perpusnas.go.id/