Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kasihan, Gubernur Anies Baswedan...

14 Februari 2020   20:47 Diperbarui: 15 Februari 2020   00:32 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta, Anies R. Baswedan dan Sekda Saefullah (merdeka.com)

Belum lama, muncul tuntutan dari kalangan seniman, agar revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) dihentikan.  Mereka yang mengatasnamakan forum seniman peduli TIM, menganggap revitalisasi TIM bertentangan dengan maksud dan visi almarhum Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta (1966-1977), di saat mendirikan TIM sebagai rumah ekspresi seniman dan budayawan.

Disusul lagi dengan kisruh revitalisasi Monas yang juga dianggap kontroversial. Selain terjadi silang-sengkarut dalam hal perijinan, pepohonannya yang dibongkar pun mengundang banyak kritikan, karena berkelindannya alasan Anies dan bawahan dalam ketidakjelasan.

Dan sekarang ini, terkait rencana penyelenggaraan Grand Prix Formula E  2020, ternyata sama juga dengan yang sebelumnya. Bukannya yang riuh-rendah diperbincangkan publik itu adalah kemampuan seorang Anies dalam persiapan hajatan balapan mobil listrik tersebut, melainkan karena banyaknya terjadi kesalahan, atawa dengan kata lain: kekeliruan, yang dilakukan Anies R. Baswedan beserta jajarannya.

Sebagaimana diakui Saefullah sendiri, telah terjadi kekeliruan dalam hal tersebut, dan kekeliruan itu sebenarnya masalahnya sepele saja, yakni salah ketik, tik, maka bisa saja hal itu diterjemahkan sebagai pertanda di dalam pemerintahan di Balai Kota DKI Jakarta banyak pejabat yang menjadi pembantu Gubernur, bukanlah orang yang tepat di bidangnya. Tidak sesuai dengan jargon The right man in right place. Bisa jadi malah menempatkan pejabat itu berdasarkan penilaian like and dislike. Suka dan tidak secara subjektif, karena ada faktor pribadi yang mengikutinya.

Maka akibatnya pun seperti sekarang ini. Ramai tiada henti oleh kritik dan caci-maki. Masih untung Anies punya buzzer setia yang membelanya. Tapi yang jelas, jurang pemisah pun semakin menganga lebar. Pertentangan kian tajam.

Padahal tempo hari Anies bercita-cita ingin merajut benang kebangsaan yang telah tercabik-cabik ini. Akan tetapi kenyataannya? Sungguh kasihan memang... ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun