Terjunnya Anies R. Baswedan ke ranah politik, dianggap sebagai langkah mantan Mendikbud ini dalam membuka ‘topeng’ wajah diri yang sesungguhnya di depan publik.
Betapa tidak. Mantan rektor Universitas Paramadina, ini suatu ketika pernah menulis artikel Merajut Benang Kebangsaan yang membahas perlunya mewujudkan nilai kebangsaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Publik pun menilai cucu pahlawan kemerdekaan, AR Baswedan, ini walaupun sebagai WNI keturunan (Arab), ternyata seorang  yang memiliki watak nasionalis sejati.
Terlebih lagi tak lama kemudian Anies menggagas program Indonesia Mengajar. Suatu program yang mengajak para sarjana untuk secara sukarela menjadi guru di berbagai wilayah pelosok pedalaman, dan daerah perbatasan yang sebelumnya belum tersentuh pendidikan formal, karena keterbatasan sumber daya manusia.
Meskipun program di atas bukan murni gagasannya, melainkan memodifikasi ide Prof. DR.Koesnadi Hardjasoemantri (Rektor UGM periode 1986-1990), akan tetapi Anies pun kemudian mendapat pujian, dan dianggap sebagai salah seorang tokoh muda Indonesia yang dibanggakan.
Demikian juga halnya di saat menjadi Rektor perguruan tinggi yang didirikan mendiang Nurcholis Majid, salah seorang tokoh Islam moderat, itu namanya bertambah ‘moncer’ dengan membuat suatu gebrakan, yaitu dengan inisiatifnya membuat mata kuliah wajib anti korupsi di universitas yang dipimpinnya.
Bahkan saat partai Demokrat menggelar konvensi calon presiden, Anies pun menjadi salah satu pesertanya. Dan sejak itu pula rupanya Anies mulai mengambil ancang-ancang meninggalkan profesinya sebagai pendidik, dan beralih ke dunia politik.
Sehingga tak salah bila Presiden Joko Widodo merekrut Anies Baswedan sebagai punggawanya, yakni menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK.
Hanya saja entah bagaimana sebabnya, baru saja menikmati kursi empuk Mendikbud (sejak 26 Oktober 2014 sampai 27 Juli 2016), Anies pun tiba-tiba saja dicopot dari jabatannya. Akan tetapi menurut desas-desus yang santer beredar saat itu, Kementerian yang dipimpin Anies saat itu dianggap gagal menjalankan visi dan misi Presiden di bidang pendidikan.
Tatkala saat ini Anies Baswedan maju sebagai cagub DKI Jakarta dengan dukungan partai Gerindra dan PKS, sikap Anies dianggap telah berubah seratus delapan puluh derajat.
Sekarang ini Anies sama sekali tidak mencerminkan lagi sebagai intelektual yang menjunjung tinggi moral, dan nilai-nilai kebangsaan yang selalu digembar-gemborkannya. Sebaliknya Anies seolah telah menjadi politikus sejati yang berwatak lain di mulut lain di hati.