Coba saja simak pernyataannya kepada media terkait isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) yang merebak luas, seakan menyesaki setiap sudut di wilayah DKI Jakarta selama ini.
"Rakyat juga bosan dengan fitnah-fitnah, apalagi fitnah yang pakai isu SARA. Berhentilah memfitnah pakai isu SARA," kata Anies, usai kampanye di Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (5/4/2017).
Daripada saling fitnah, lanjut Anies, akan lebih indah jika beradu program.
Namun, seruan Anies itu ternyata tidak murni muncul dari hati sendiri. Sepertinya dia hanya mengulang seruan ketua KPU DKI Jakarta belaka. Karena setelah itu dikabarkan, di tempat Anies berkampanye, di Jalan Karet Karya, Setiabudi, Jakarta Selatan,Sabtu (8/4/2017), terpampang spanduk besar berisikan tulisan Surat Al-Maidah Ayat 51.
Pada spanduk berukuran 1 x 3 meter tersebut, tulisan di baris paling atasnya berbunyi, "Larangan Memilih Pemimpin Kafir" dilanjutkan dengan isi Surat Al-Maidah Ayat 51. Jarak spanduk itu ke lokasi kegiatan Anies hanya sekitar dua meter.
Omong kosong kalau Anies mencoba mengelak dengan mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya justru malah terkesan membiarkannya sebagai bukti dirinya yang menjadi bagian dari kelompok intolenransi itu.
Sehingga jelas sudah hal tersebut di atas menjadi salah satu bukti nyata, alias bukan fitnah lagi jika Anies Baswedan seorang aktor yang lihai memainkan peran ganda sekaligus dalam satu panggung yang bernama Pilkada DKI Jakarta ini.
Di satu saat Anies berperan sebagai seorang intelektual sejati, yang acapkali menyuarakan nilai kebangsaan yang dibingkai Bhineka tunggal Ika begitu tegasnya. Akan tetapi pada saat yang lain Anies pun dengan manisnya menebar fitnah, sampai dan memainkan isu SARA yang malah mengarah pada terpecah-belahnya bangsa.
Karena bukan warga Jakarta, atas sikap seorang cagubnya yang mencla-mencle ini, saya hanya bisa menyampaikan turut prihatin saja. Paling tidak hanya memodifikasi (Ikut kebiasaan Anies nih!) yang sering dikatakan orang Medan sana: “Ini Medan, Bung!”, maka diganti jadi: “Ini Jakarta, bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung!” ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H