“Koq bisa begitu?”
“Saya sudah tidak tahan lagi, Pak’e. Sudah seminggu ini hampir tiap jam saya dimusuhi istri saya, dan tidak hanya dimaki dan dicaci, tangan dan kakinya juga seringkali dihantamkan ke badan saya ini...”
“Memang apa sebabnya, dan mengapa Si Mas tidak membela diri, masa bisa kalah sama perempuan?”
“Sudah dua minggu ini saya tidak ngasih nafkah. Soal’e usaha saya sedang sepi. Yaaa, namanya juga orang bisnis modal’e dengkul, sudah gak aneh kalau kadang dapat untung besar, tapi sering juga sepi seperti sekarang ini. Cuma istri saya gak mau ngerti biarpun berkali-kali dikasih penjelasan juga.”
“Terus terang, Pak’e, saya bukan pemarah. Apa lagi terhadap perempuan. Karena saya ini tahu kalau saya dikandung dan dibesarkan oleh seorang perempuan juga, yaitu Mak’e saya di Tegal.”
Saya menghela napas.
Terlalu perempuan itu. Lelaki sebaik ini koq dikasari...***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H