[caption caption="Fanny Safriansyah, anggota DPR dari fraksi PPP"][/caption]Ahirnya PPP mengakui kalau kadernya, yang juga anggota DPR RI, Â Fanny Safriansyah alias Ivan Haz, menjadi tahanan Bareskrim Polri setelah dicokok Polisi Militer Kostrad ketika tengah berpesta narkoba di komplek perumahan Kostrad, Kebayoran Lama, Jakarta.
Sebelumnya anak mantan Wakil Presiden RI, Hamzah Haz ini pun telah dilaporkan atas dugaan penganiayaan terhadap asisten rumah tangganya, beberapa waktu lalu.
Sesaat saya tercenung.
PPP merupakan salah satu partai politik yang kental dengan Islam. Salah satu buktinya, logo partai itu bergambar Ka’bah. Semua orang pun tahu, batu hitam itu merupakan bangunan suci sebagai arah kiblat ketika orang Islam sedang melaksanakan ibadatnya.
Sementara bukti lainnya, kader PPP pun identik dengan kiyai, ustadz, atawa paling tidak dengan gelar haji di depan namanya. Sehingga idealnya partai yang mengusung isu agama adalah yang paling mengetahui benar itu memang benar, sementara salah itu adalah salah, dan sorga merupakan tempat yang dijanjikan untuk mereka yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, sebaliknya dengan neraka adalah tempat disiksanya orang-orang yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain, dalam tubuh PPP semua kadernya adalah mereka yang senantiasa melaksanakan ‘amar ma’ruf nahyi munkar dengan sesunguhnya.
Akan tetapi, di dalam kenyataannya indah kabar dari rupa. Salah seorang kadernya selain suka menyiksa orang, Ivan Haz pun ternyata pecandu narkoba.Kkita pun tentu masih  ingat dengan kasus yang menjerat  ketua umum PPP ketika itu, dan juga mantan menteri Agama, Suryadarma Ali, beberapa waktu lalu telah didakwa dalam kasus korupsi dana haji.
Lalu kita pun bertanya-tanya, mengapa demikian adanya. Apa yang salah di dalam P3. Mungkinkah karena terlalu berat mengusung simbol agama yang begitu sucinya, atawa justru malah sebaliknya karena agama telah dijungkirbalikkan menjadi intrik politik.
Entahlah. Hanya saja yang jelas, seringkali juga saya mendengar ceramah keagamaan yang disampaikan para kiyai, atawa ustadz yang bunyinya antara lain sebagai berikut: Apabila kita memakan barang haram, maka darah yang mengalir dalam otot-otot di seluruh tubuh kita akan tercemar oleh saripati barang haram itu, dan tidak hanya dalam tubuh kita saja yang telah melakukannya, anak-cucu keturunan kita pun darahnya akan tercemar pula. Sehingga pada ahirnya seluruh keturunan kita sama-sama ikut menanggung dosanya.
Sebagaimana yang terjadi terhadap Ivan dan SDA, berlaku peribahasa karena nila dua titik jadi rusak susu sebelanga. Karena perbuatan Ivan dan SDA yang melanggar hukum agama dan negara, PPP mendapat stigma buruk pada ahirnya.
Hanya saja dengan munculnya peristiwa ini, paling tidak semoga menjadi suatu peringatan kepada diri kita. Bahwa antara niat, ucapan, dan perbuatan harus seiring dan sejalan selamanya.
Wallahu ‘alam. ***