Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenakalan Anak-anak Memang Sudah Diambang Kritis

20 September 2015   12:07 Diperbarui: 20 September 2015   12:24 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyimak berita tewasnya bocah SD oleh sesama temannya di Ibukota, Jakarta, begitu menghentak perasaan sebagian besar orang tua. Bagaimana tidak, anak usia SD dengan begitu sadis, dan kejamnya menyiksa teman sekolahnya sendiri karena persoalan sepele saja, dan mengingatkan kita pada perkelahian yang dilakukan orang dewasa dalam film laga.

Lalu timbul pertanyaan, apakah perilaku pelaku terhadap korban disebabkan meniru aksi di dalam film, atawa ada kesalahan orangtua dan guru di sekolah yang keliru di dalam mendidik anak-anak itu, atawa memang tingkat perkembangan anak-anak jaman sekarang sudah sedemikian cepatnya seiring perkembangan jaman yang sudah begitu tuanya ?

Entahlah, yang jelas fenomena kenakalan anak-anak sekarang ini yang dianggap sudah mencapai titik kritis yang sedemikian mengkhawatirkannya, tidak hanya terjadi di kota-kota besar sahaja. Di pelosok desa pun tampaknya sudah menggejala begitu parahnya.

Sebagaimana halnya yang dialami seorang guru SD tetangga penulis yang mengajar di sebuah sekolah dasar yang terletak di antara dua kampung pada satu desa di Tasikmalaya. Ketika itu kebetulan anak didiknya sedang mengikuti pelajaran olah raga bersama guru olah raga –tentu saja, dan guru teman penulis pun punya waktu untuk menunaikan shalat Dhuha di mushala.

Akan tetapi baru saja dirinya sedang mengambil air wudu, di luar kamar mandi didengarnya ada suara ribut-ribut yang tidak biasanya. Diapun bergegas keluar. Dilihatnya di depan kamar mandi sekitar dua puluh orang anak didiknya yang semestinya mengikuti pelajaran orah raga di lapangan, dan semuanya anak laki-laki, sedang adu-mulut  sambil saling dorong dengan anak laki-laki yang tidak dikenalnya. Lalu diapun menegur mereka,  menanyakan apa yang terjadi, dan menanyakan siapa dan darimana anak-anak yang tidak dikenalnya itu.

Pada awalnya mereka mengelak, dan mengatakan sedang bercanda saja. Namun iapun tidak dapat dibohongi begitu saja. Sewaktu di dalam kamar mandi, telinganya mendengar dengan jelas keributan di luar. Anak-anak itu saling mengumpat, dan mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak pantas didengar oleh telinga yang masih menjunjung tinggi etika.

Karena guru teman saya itu seorang perempuan, maka iapun kemudian memanggil penjaga sekolah untuk membawa anak-anak itu ke ruang Pembinaan, sekalian melaporkan insiden tersebut pada kepala sekolah.

Ternyata anak-anak yang tidak dikenalnya itu adalah anak-anak dari SD lain, dan mengaku ada ‘masalah’ dengan anak-anak didiknya. Dan masalah itu karena suatu saat sebelumnya diadakan pertandingan uji-coba bola voli, tim dari sekolah yang sekarang datang menyerangnya itu dapat dikalahkan dengan telak oleh anak-anak dari sekolah guru teman saya itu.

Ya, karena tidak terima tim bola volinya dikalahkan, mereka datang menyerang untuk berkelahi.

Peristiwa lainnya yang dialami guru teman saya itu tak kalah menariknya. Suatu saat di hari Senin ia datang lebih awal dari biasanya, karena kebetulan mempunyai tugas sebagai pembina upacara bendera. Baru saja sampai di pintu gerbang sekolah, anak-anak datang menghampirinya. Mereka melaporkan adannya kaleng-kaleng bekas lem aibon, plastik sachet obat batuk, dan pecahan botol minuman yang berserakan di sekitar tiang bendera di halaman sekolah.

Belum lagi dirinya menanyakan siapa pelaku yang membuang sampah semacam itu, anak-anak itu menyebutkan pelakunya adalah segerombolan anak-anak dari SD tetangga, pada hari Minggu sebelumnya. Anak-anak didiknya itu mengaku ketika itu sedang bermain mengadu layang-layang dengan anak-anak dari SD tetangga itu. Di saat sedang bermain layang-layang, sebagian rombongan dari anak-anak SD tetangga tersebut masuk ke halaman sekolah dengan cara memanjat benteng sekolah dari bagian belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun