Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Penggoda Itu Sangat Mengganggu Tetangga

22 November 2012   15:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:50 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SUNGGUH. Aku sungguh-sungguh tidak habis pikir dengan tetanggaku yang satu itu. Sudah tua – cucunya saja sudah empat, masih saja gatal. Berselingkuh dengan suami orang lagi. Masih mending lagi kalau dengan satu lelaki. Siapa pun asal punya uang, sepertinya dilayani juga,” gerutu Si Akang sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Tetangga Akang yang mana ?” tanyaku  menyelidik.

“Itu yang sebelah timur rumahku. Sebagai tetangga, aku sangat malu dengan kelakuannya itu. coba saja bayangkan. Tidak siang tidak kenal malam, berganti-ganti lelaki yang datang. Di depan hidungku lagi. Karena jalan menuju rumahnya pasti lewat di halaman rumahku.”

Aku baru ngeh dengan yang dikatakannya. “Tapi bukankah setahuku dia itu punya suami ?”

“Tiga bulan yang lalu, suaminya yang kedua sudah ditendangnya. Itu bukan omong kosong. Betul-betul ditendangnya. Ketika suaminya diusirnya, istriku juga melihatnya. Padahal kami sendiri, para tetangga dekatnya tidak tahu kapan mereka menikahnya. Hanya saja pengakuannya waktu ditanya Pak RT, mereka nikah siri di tempat suaminya. Di Jawa Tengah sana.”

“Memangnya tetangga akang itu sudah kawin dua kali ? Bukankah setahuku suaminya itu tukang dagang asong di terminal ?”

“Itu suami yang pertama. Yang memberinya tiga orang anak. Sewaktu pulang dari jadi TKW di Arab Saudi, suaminya yang pertama pun ditendang juga. Diusirnya. Hanya setahuku – sebagaimana pengakuan suaminya itu waktu bertemu di terminal, sampai sekarang sama sekali belum diceraikannya. Hanya ditinggal saja. Karena tak enak hati mendengar permintaan cerai istrinya saban hari.”

“Wah, rumit juga masalahnya, ya Kang?”

“Memang. Sudah kurang ajar sama suami, sekarang malah mau merusak rumah tangga orang pula. Dan sepertinya sudah tidak punya rasa malu lagi sama tetangga sekitar pun. Sedangkan kami sendiri, sudah merasa malu punya tetangga seperti itu, lingkungan pun jadi tercemar,” katanya setengah mengeluh.

“Apakah sudah ada tindakan dari Akang dan yang lain untuk menyikapinya ?”

“Sebagai tetangga, kami sudah mengadu kepada Pak RT. Tapi ketua RT pun angkat tangan. Sudah berkali-kali dia datang ke rumahnya. Untuk mengingatkannya. Dan tiap kali diingatkan Pak RT, dia berjanji untuk merubah kelakuannya itu. Tapi ternyata janjinya itu hanya di mulut saja. Karena setelah itu dia masih juga melayani lelaki yang datang ke rumahnya. Sehingga Pak RT pun merasa bosan sendiri.

Sedangkan kepadaku, pernah ada seseorang yang menganjurkanku untuk tidak memberi jalan ke rumahnya. Maksudnya supaya dipagar saja. Biar dia tidak bisa kemana-mana. Begitu juga supaya tidak ada lelaki yang datang padanya.”

“Sudah dilaksanakan anjuran tetangga itu, Kang ?”

“Alhamdulillah sampai sekarang belum malahan tidak terpikirkan untuk melakukannya juga,” sahutnya enteng.

“Memangnya mengapa, Kang. Apa Akang sendiri mendapat keuntungan dengan banyaknya lelaki yang lewat ke depan rumah?” tanyaku menggodanya.

“Husyh! Bukan begitu. Orang yang lewat ke depan rumahku ‘kan bukan hanya yang berniat mesum pada tetanggaku itu. tetangga di kanan-kirinya pun kalau keluar-masuk ke jalan utama pasti lewat di halaman rumahku. Jadi kalau jalan di depan halaman rumah dipagar, ke mana lagi mereka mau lewat? “

Betul juga alasan Si Akang, kataku dalam hati. Malahan konon kata ustadz, amal kebaikan yang paling tinggi derajatnya, adalah memberi jalan untuk orang lain... Dan bila kemudian jalan itu digunakan tidak baik oleh para penggunanya, mungkin itu urusan mereka masing-masing.***

Gegerbeas, 22/11/2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun