Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Maaf, Jangan Menuduh Presiden Menderita Paranoia

6 Juni 2012   00:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13389752781778142048

[caption id="attachment_193034" align="aligncenter" width="620" caption="ilustrasi/admin(KOMPAS/RIZA FATHONI)"][/caption]

KETERLALUAN memang, kalau ada orang yang menyimpulkan Presiden SBY menderita paranoia. Karena begitu banyak orang-orang   di sekitarnya yang membantu pekerjaannya memimpin Negara. Bukan, bukan bentuk sebuah ketakutan yang tanpa alasan. Melainkan hanya karena mengingat terbatasnya masa jabatan kepala Negara yang mungkin dinilainya begitu singkat, hanya lima tahun saja, maka untuk mempercepat programnya SBY membutuhkan banyak tenaga yang membantunya. Terlepas dari konstitusional atau tidaknya. Yang penting seluruh program kerjanya dapat selesai tepat pada waktunya.

Kira-kira demikian dugaan yang mungkin akan menyenangkan hati kepala negara, daripada berburuk sangka yang hanya akan melukai perasaannya saja. Bukankah berburuk sangka itu dilarang oleh agama juga. Lagi pula SBY jelek-jelek juga seorang Kepala Negara, pemimpin kita di Indonesia. Sebagai warga negara kita patut menghormatinya.

Terlepas dari akan menghabiskan begitu banyaknya anggaran Negara untuk menggaji orang-orang yang di sekitarnya, kita patut mengacungkan jempol setinggi-tingginya. Paling tidak salah satu permasalahan yang selama ini melilit Negara kita, yaitu masalah pengangguran telah dapat dipecahkan. Hebat bukan?

Coba bagaimana sejak belum menjadi Presiden pun SBY telah begitu antipatinya terhadap korupsi. Maka lembaga KPK pun segera dibentuknya untuk mempercepat pemberantasan para koruptor di negeri ini. Kemudian saat ditemukan begitu maraknya persoalan-persoalan yang dianggap akan merusak tantanan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti halnya narkoba, mafia hukum, mafia anggaran, sampai hal yang berbau pornografi sekalipun, maka SBY pun dengan sigap membentuk berbagai satuan tugas (Satgas) yang terkait dengan masalah-masalah itu.

Bahkan belakangan muncul perdebatan terkait pengangkatan jabatan wakil menteri yang dianggap inkonstitusional, itu pun merupakan sebuah anggapan yang sungguh keterlaluan memang. Bahkan hanya akan mengganggu stabilitas negara saja. Presiden SBY bukan tipe presiden yang suka semena-mena. Buktinya dalam menjalankan tugasnya, di belakang beliau pun telah siap jajaran Dewan Pertimbangan Presiden yang akan memberikan saran dan pendapatnya bilamana diperlukan.

Sudahlah. Apa pun yang dilakukan kepala negara, semata-mata untuk rakyatnya. Lagi pula di Indonesia tidak pernah ada kepala Negara yang pernah melakukan kesalahan. Terbukti meskipun Soekarno telah bermain mata dengan komunis sekalipun, dan dituduh melakukan kebijakan semena-mena  seperti dengan membentuk kabinet seratus menterinya, tokh beliau tidak pernah diadili. Demikian juga dengan Soeharto, yang telah dianggap melakukan banyak pelanggaran HAM, mempimpin Negara dengan gaya tangan besi sekalipun, sampai beliau terbujur dalam kubur pun tidak ada yang berani mengadilinya. Jadi tak usah diperdebatkan lagi, karena hanya akan buang energi yang tak berarti. Mana sekarang energi BBM saja sedang dikampanyekan untuk penghematan. Sebaiknya seluruh rakyat mempersiapkan diri masing-masing saja untuk menyongsong masa depan.

Karena sebagaimana biasanya, setiap kejadian atau peristiwa yang muncul pada jamannya, akan tercatat dalam sejarah yang akan dibaca oleh generasi mendatang. Sebagaimana jamannya SBY sekarang ini. Mungkin kelak anak cucu kita akan membaca catatan sejarah, bahwa jaman SBY merupakan jamannya banyak dibentuk bermacam lembaga. Seperti Lembaga pemberantasan korupsi misalnya. SBY yang gembar-gembor anti-korupsi, ternyata malah orang-orang di dekatnya banyak melakukan perbuatan yang sangat dibenci presidennya ini. Bahkan ketika seluruh bangsa Indonesia diberitahu presiden SBY bahwa Narkoba merupakan musuh seluruh bangsa, tiba-tiba beliau memberi keringanan hukuman kepada orang yang jelas-jelas melanggar ketentuan yang dikatakannya itu. Sejarahlah yang akan mencatat semuanya. Dan yang akan memberi penilaian benar tidaknya kita serahkan pada anak cucu kita saja.

Atau paling tidak, saya sendiri yang telah membuat tulisan ini, akan dipanggil ke Cikeas untuk dijadikan Satgas Pengawas Kompasianer yang banyak menghujat dirinya. Semoga. (Hehehe…)***

Cigupit, 2012.06/06

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun