Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hati Dengan Pesugihan Di Abad Global Ini

16 April 2012   13:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAMAN sekarang ternyata masih banyak orang berfikir di luar nalar, untuk mendapatkan harta  kekayaan dengan cepat dan mendadak.  Salah satu caranya adalah dengan mencari pesugihan. Yaitu hal yang berkaitan dengan alam supra-natural, sebagaimana di negeri ini memang masih begitu kental dikenal banyak orang. Dan itu merupakan alternatif paling jitu bagi orang-orang yang masih berfikiran demikian.

Yang namanya pesugihan,  seperti yang sering terdengar,  meskipun kadangkala meminta persyaratan yang aneh-aneh, tapi masih juga banyak yang menurutinya. Seperti yang baru saja terjadi konon seorang ayah tega membunuh putrinya sendiri karena diminta sebagai syarat agar bisa menjadi kaya mendadak.

Akal sehat tampaknya sudah tidak digunakan lagi memang.

Apalagi bagi seseorang yang hidupnya sedang didesak banyak kebutuhan, sedangkan harta yang dimilikinya sudah tidak ada lagi sama sekali. Seperti misalnya yang dialami Pak Dul, tetangga saya. Pak Dul yang sehari-hari sebagai guru di SD, mungkin termasuk seorang PNS yang tidak pernah merasa cukup dengan hanya menerima gaji dalam setiap bulannya saja. Buktinya dia begitu rajin mencari penghasilan tambahan. Berbagai bisnis pernah dilakoninya. Mulai dari pengumpul barang bekas, peternak ayam potong, jual-beli sepeda motor, malahan jadi bandar judi togel pun pernah dijalaninya. Hanya saja semua usahanya itu tidak pernah berlangsung lama. Seperti usaha mengumpulkan barang rongsokan, paling-paling hanya dua bulan saja. Sedangkan ketika menjadi peternak ayam potong, saat seminggu akan dipanen 1500 ekor ayam broiler yang dipeliharanya semua mati mendadak karena wabah flu burung . Dan mungkin yang cukup lama adalah sewaktu menjadi bandar judi togel, kira-kira ada satu setengah tahunan. Hanya gara-gara banyak yang memasang nomor taruhan yang tepat keluar, Pak Dul tidak mampu lagi membayar. Selain itu praktek usaha judi togelnya terendus pihak berwajib, mungkin ada orang yang menang tapi tidak terbayar melaporkan Pak Dul kepada polsek setempat. Akhirnya selain harus melunasi pembayaran para pemasang yang  memenangkan angka taruhannya, entah habis berapa banyak juga uang yang digunakan Pak Dul agar perkaranya dicabut oleh pihak kepolisian.

Pak Dul yang dulu, beda sekali dengan yang sekarang. Setelah perkaranya dibebaskan, dan utang-utangnya terbayar lunas, Pak Dul sekeluarga terpaksa harus pidah dari rumah milik yang ditinggalinya selama ini ke sebuah rumah kontrakan yang kecil di ujung kampung kami. Demikian juga tanah warisan peninggalan orang tuanya, dan dua buah sepeda motornya pun habis dijual untuk melunasi seluruh utangnya. Yang paling jelas tampak perubahannya adalah tubuh Pak Dul yang dulu gemuk, sekarang begitu kurus seperti orang yang baru sembuh dari sakit. Pak Dul pun sekarang sepertinya tidak pernah bergaul lagi dengan tetangga sekitar. Beberapa kali saya menanyakan kepada anaknya, ternyata Pak Dul sekarang lebih sering tinggal di rumah. Padahal saya termasuk teman dekatnya, dan sebelumnya kami sering berkumpul bersama-sama. Malahan kebetulan kami berdua mendapat tugas ronda malam di waktu yang sama juga.

Di malam mendapat tugas meronda itu pula saya mendapat informasi tentang pesugihan dari mulutnya Pak Dul. Ketika itu Pak Dul mengajak saya menjauh dari Pos Ronda, dan di tempat yang agak gelap, di bawah pohon lengkeng depan rumah Pak RW, Pak Dul bercerita.

Menjadi orang susah itu tidak enak, katanya, apalagi setelah berurusan dengan pihak berwajib, dirinya merasa diasingkan oleh warga sekitar. Termasuk rekan-rekan guru di sekolahnya. Lalu suatu hari, entah dapat informasi dari mana, Pak Dul mendatangi sebuah makam keramat  di Kecamatan P, Kabupaten C, Jawa Barat. Masih tetangga kabupaten tempat kami tinggal. Konon di makam keramat itu kalau sedang baik nasibnya, seseorang yang memohon harta kekayaan akan diberikan oleh penunggu makam keramat itu. Tapi tentu saja harus ada ijin dari Juru Kunci, dan jangan lupa untuk membawa bermacam-macam sesaji.

Ketika itu hari Kamis sore menjelang malam Jumat kliwon sebagaimana diharuskan Juru Kunci agar tercapai keinginnya Pak Dul, katanya, sebelum ke makam keramat dia mendatangi rumah Bapak Juru Kunci (Orang yang dipercaya menjaga makam keramat) untuk menyerahkan persyaratan yang diminta. Selain berbagai sesaji, seperti kembang tujuh macam, seekor ayam jantan warna putih, beras satu kilo yang dibungkus kain putih, juga sejumlah uang yang nilainya 2 juta dua ratus dua belas rupiah. Sesuai dengan tahun, dan nanti akan diganti oleh penunggu makam keramat itu sebanyak 100 kali lipat!

Menjelang tengah malam, dengan diantar Bapak Juru Kunci Pak dul menuju makam keramat, setelah sebelumnya disuruh berendam di sebuah kolam kecil di belakang rumah Bapak Juru Kunci selama satu jam. Dan setibanya di makam keramat itu, Pak Dul disuruh Bapak Juru kunci untuk melakukan ritual bersama-sama. Diawali dengan membakar kemenyan, kemudian membaca do’a untuk para arwah di alam kubur. Selanjutnya Bapak Juru Kunci menyampaikan maksud dan tujuan Pak Dul, dan memohon agar maksudnya dapat terkabul. Selesai bercakap-cakap kepada kuburan panjang di depannya, Bapak Juru Kunci pun minta diri kepada Pak Dul, dan berpesan agar jangan berhenti untuk mengucapkan keinginannya itu sepanjang malam dengan suara perlahan-lahan.

Sepeninggal Bapak Juru Kunci, barulah Pak Dul merasakan suasana seram di makam keramat itu. Ternyata dirinya berada di mulut goa, sedangkan makam keramat itu letaknya di bawah pohon beringin besar di tepi jurang yang curam. Tengah malam yang gelap gulita, tinggal seorang diri di tempat yang sunyi, Hanya suara binatang malam dan burung hantu yang terdengar bersahutan, apalagi di malam Jumat kliwon, ditambah bau kemenyan dari pedupaan yang menusuk hidung, membuat bulu kuduk Pak Dul bediri meremang.  Tapi karena maksudnya sudah bulat, apa boleh buat, “Besok hari saya harus kembali menjadi orang kaya,” kata Pak Dul dalam hatinya.

Kira-kira memasuki pukul satu dinihari, saat Pak Dul dengan khusyuknya , tiba-tiba terdengar sebuah suara yang agak menggeram menegur dirinya.

Hmmmm… Aya naon sia datang kadieu, hah?” (Ada apa kamu datang kesini?) Pak Dul pun terkejut dibuatnya. Pasti penunggu makam keramat telah datang, pikirnya. Mendengar suaranya yang berat dan menggeram, Pak dul membayangkan orangnya pasti tinggi besar dan tampangnya menyeramkan! Tapi karena hatinya sudah nekad, perasaan takut pun diusirnya seketika. Dan sambil kepalanya masih tertunduk, Pak Dul menjawab dengan suara terputus-putus, “Sakumaha didugikeun ku Bapa Juru Kunci,putu dongkap ka dieu hoyong sapertos nu sanes, dipasihan rejeki anu ageung ku pangersa Embah…”  (Sebagaimana dikatakan Bapak Juru Kunci tadi, saya datang ke sini untuk mendapat rejeki yang banyak dari siMbah).

“Huhahahaha…..” makhluk tanpa ujud yang tadi bertanya tertawa panjang, tapi Pak Dul merasa heran, mengapa  ada bunyi kresek-kresek seperti ada kabel yang korslet? Begitu juga ketika suara tertawa itu berhenti, bunyi kresek-kresek masih juga terdengar. Sehingga Pak Dul pun penasaran, dan dirinya merasa yakin kalau suara itu memang kabel stroom yang korslet. Maka diapun mengangkat kepala dan matanya mencari-cari bunyi kresek-kresek itu.

Berhubung keadaan gelap gulita, Pak Dul tidak bisa melihat apa-apa, hanya dia yakin bunyi itu datangnya dari dinding goa. Untung dia ingat di kantong celananya ada korek api. Kemudian diapun menyalakannya sambil menuju datangnya bunyi itu.

Ternyata betul, meskipun tampak sekilas seperti akar yang memanjang, tapi Pak Dul yakin kalau itu kabel plastik, apalagi setelah dirabanya. Lalu kabel itu ditariknya sedikit, maka kabel panjang menyembul dari dalam tanah di dinding goa itu. Pa Dul mengikuti ujung kabel…. Ternyata sebuah speaker yang disembunyinyan dalam dinding goa menyembul tertutup dedaunan pakis yang tumbuh memenuhi dinding goa. Gila! Pak Dul menyumpah dalam hati. Dan dia pun semakin penasaran, kabel yang memanjang itu diikutinya sambil ditarik-tarik, hingga berakhir di rumah Bapak Juru Kunci yang jauhnya sekitar 1 Km dari makam keramat itu…***

Cigupit, 2012/04/16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun