Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apalah Arti Sebuah Nama

17 April 2012   13:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DALAM dialog antara Romeo dan Juliet, karya Shakespeare, muncul sebuah ungkapan yang hingga sekarang sering dikutip orang: “ What is a name?”

Pada umumnya, nama seseorang yang diberikan  orang tua kepada anaknya merupakan sebuah pengharapan, paling tidak dengan nama itu perjalanan hidup anaknya akan sesuai sebagaimana makna sebutan, atau panggilannya. Seperti misalnya seseorang yang bernama Saleh, atau bagi perempuan Saleha berarti 1. taat  dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadat;  2. Suci dan beriman. Akan tetapi orang yang bernama Saleh, atau Saleha belum tentu berperilaku sebagaiamana makna dari kata itu. Suatu ketika pernah saya menjumpai seseorang bernama Saleh, menjadi pelaku kejahatan curanmor kelas kakap.

Di jaman sekarang banyak orang tua memberi nama anaknya yang sama dengan nama orang terkenal yang jadi idolanya. Seperi misalnya karena ayahnya seorang penggemar berat nonton pertandingan sepak bola, dan misalnya lagi dia  begitu mengidolakan seorang Lionel Messi, maka ketika anaknya lahir – dan kebetulan berjenis kelamin sama seperti idolanya itu, maka diberilah nama bayinya itu Lionel Messi. “Siapa tahu akan bisa bermain bola seperti dia (Lionel Messi), dan mampu mengangkat prestasi bola di tanah air yang selama ini terus terpuruk,” kilahnya kepada orang yang bertanya mengapa anaknya diberi nama seperti pemain bola dari Argentina yang main di club Barcelona itu. Ketika Lionel Messi dewasa, ini Lionel Messi Indonesia, bukan yang dari Argentina, nasibnya begitu jauh berbeda. Jangankan jadi pemain bola nasional, jadi pemain tarkampun tidak. Karena selama hidupnya, Lionell Messi yang satu ini tinggal di sebuah kampung dan setiap harinya selalu sibuk menyabit rumput untuk ternak piaraannya. (Masih mending teman Kompasianer kita, meskipun bukan pemain bola, Lionel Messi yang satu ini ternyata rajin nulis juga. Bagus-bagus lagi postingannya!).

Begitu pula gara-gara saat ibunya waktu  mengandung suka menonton sinetron yang dibintangi Agnes Monica, maka jauh-jauh hari sebelum tiba saatnya melahirkan, ibu itu minta kepada suaminya kalau nanti bayi yang lahir itu berjenis kelamin perempuan maka harus diberi nama Agnes Monica seperti nama bintang idolanya. Tuhan memang punya kuasa atas segalanya, bayi yang dilahirkan ibu itu ternyata seorang perempuan, dan tercapailah keinginannya untuk member nama bayinya sesuai dengan nama penyanyi dan pemain sinetron itu. Hanya saja mungkin nasib Agnes Monica anak Ibu itu juga tidaklah sama seperti idolanya. Karena Agnes yang satu ini, boro-boro bisa menyanyi atau main sinetron, karena selain menderita bisu-tuli, juga dia mengalami kelumpuhan total.

Bangsa Indonesia sudah tentu ingat, kalau tanggal 21 April selalu diperingati sebagai hari lahirnya R.A. Kartini, pejuang emansipasi wanita dari Kabupaten Jepara. Di Kampung saya juga ada dua orang perempuan yang bernama Kartini. Yang satu seorang ibu rumah tangga lugu dan sederhana, dan kesehariannya selalu bekerja di sawah. Sementara Kartini yang satu lagi, lelaki hidung belang pasti semua mengenalnya. Karena setiap malam Kartini ini selalu berkeliaran mencari teman kencan yang mampu membayarnya.

Jadi apalah artinya sebuah nama ? Karena ternyata yang terpenting adalah eksistensinya. Terbukti tetangga saya yang memberi nama anaknya dianggap orang begitu  asal-asalan, maksudnya tanpa perencanaan yang matang, dan tidak ikut trend jaman sekarang,  karena nama anaknya itu cukup hanya dengan tiga suku kata yang tidak jelas maknanya: Udi, ternyata selain sejak kecil jago ngaji Al Quran, sudah dewasa  malah jadi seorang da'i kondang, walau hanya dalam ukuran kampung sekitar.

Cigupit, 2012/04/17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun