Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan-Perempuan yang Kedinginan dan Kesepian

17 Maret 2012   14:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BETAPA TIDAK, mereka setiap pukul 01.30 dini hari sudah ada di perempatan jalan. Dalam selimut kabut dan embun pagi yang dingin, menunggu angkutan – sebuah minibus tua langganan --  yang akan membawanya ke pasar kecamatan. Perempuan-perempuan itu, ada sekitar sepuluh orang, adalah para pemilik warung yang menjual kebutuhan sehari- hari di kampung kami. Dan barang dagangannya harus dibeli di pasar kecamatan yang jaraknya sekitar 8 Km-an.

Adapun usia mereka berkisar antara 30 – 40 tahunan. Masing-masing sudah berkeluarga. Malahan alasan mereka rela keluar rumah di waktu orang lain sedang lelap bermimpi, rata-rata ingin mendapat penghasilan tambahan, untuk membantu suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh serampangan, atau yang berdagang kecil-kecilan di kota besar.

Anehnya, di antara perempuan itu ada satu-dua orang yang selalu berpenampilan lain dari kebanyakan. Aku mengatakan hal itu, ketika aku mendapat  kewajiban tugas siskamling  di setiap Sabtu malam. Aku sendiri selalu memergoki dua perempuan pemilik warung yang hendak ke pasar di tengah malam itu, tampak berdandan bak hendak pergi ke sebuah pesta undangan pernikahan. Dengan wangi farfum yang mengundang.

Selidik-punya selidik (seperti BIN atawa FBI saja!), tentunya dengan cara bisik-bisik, konon selain tujuan utama belanja ke pasar untuk kembali dijualnya di warung sendiri nanti pagi, kedua perempuan itu telah menjalin hubungan spesial, atau tepatnya punya selingkuhan, masing-masing dengan sopir dan kernet minibus tua langganan mereka yang selalu setia membawa mereka ke pasar.

Lho koq bisa?

Kabarnya, meskipun kedua pasangan selingkuh itu berusaha menutupi kelakuannya dengan segala cara agar tidak diketahui pihak lain, namun dalam minibus itu temannya yang delapan orang tetap saja menaruh curiga.

Betapa tidak, perempuan yang dicurigai berselingkuh dengan sang sopir, setiap berangkat maupun pulang dari pasar selalu mengambil tempat duduk di jok depan, di samping  pengemudi. Begitu juga dengan yang disangka ‘ada main’ dengan kernet, selalu duduk di jok tengah, dekat pintu, dan duduk rapat dengan kernet itu.

Selain itu, yang menambah keyakinan kalau keduanya memiliki hubungan ‘khusus’ dengan awak minibus, selain selalu duduk rapat, juga sering kepergok kedua pasangan itu saling berbisik-bisik, dan menahan tawa. Malahan dalam cahaya remang-remang, pernah juga mereka melihat tangan pasangan selingkuh itu berpelukan dengan kaki masing-masing saling ditumpangkan -- berhimpitan.

Bahkan seringkali delapan perempuan itu melihat kedua temannya, setiba di pasar tidak langsung  berbelanja. Oleh sopir dan kernet mereka suka dibawa ke … entah kemana! Yang jelas kedua pasangan itu terlihat menuju tempat sepi di, dekat WC umum…

Cigupit, 17/03/2012

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun