ANGGOTA dewan di Senayan tampaknya memiliki libido yang tinggi, lihat rok mini saja mereka sudah tak mampu mengekang syahwatnya lagi. Maka untuk menutupi desakan birahinya , Marzuki Alie pun langsung angkat suara. Tapi dengan komentar yang bertolak belakang ternyata,” ungkap Si Akang sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan selembar koran.
Siang yang panas, tampaknya akan segera turun hujan. Aku dan si Akang sama-sama kegerahan, tak tahan dengan terik matahari yang memanggang. Dua kancing baju Si Akang bagian atasnya dilepaskan. Maka bulu-bulu lebat dadanya yang memang bidang itupun tampak jelas kelihatan. Selintas aku menangkap Si Bibi pemilik warung menatap kagum.
Aku pura-pura tersedak. Si Bibi pun tampak tergagap. Lalu diapun dengan tersipu-sipu beranjak ke belakang. Sementara si Akang sendiri tak peduli. Dia terus saja mengipasi tubuhnya. Jangankankan laki-laki, perempuan pun kalau melihat bagian tubuh pria yang menantang, sepertinya akan mudah terangsang, bisikku dalam hati. Sementara yang keluar, “Kalau begitu namanya munafik, Kang. Lain di mulut lain di hati…”
“Tapi bisa juga kalau di DPR sudah tidak ada pekerjaan lagi, Kang. Makanya rok mini pun dijadikan topik pembicaraan. Kemarin mereka merencanakan tatib pengaturan peliputan wartawan. Lalu sebelumnya meminta renovasi WC.Dan sebelumnya lagi merencanakan untuk membangun gedung yang begitu megah. Tapi ternyata semuanya banyak yang menentang. Sepertinya yang mereka bicarakan selalu saja yang kontra-produktif. Lalu kapan mereka mau membicarakan nasib rakyat?”
“Itulah DPR periode sekarang. Kalau tidak korupsi, ya membicarakan hal-hal yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kebutuhan rakyat yang demikian sudah mendesak. Seperti masalah rencana kenaikan BBM, hanya satu dua orang saja yang memberikan komentar. Itupun terdengar samar-samar, tidak ada ketegasan. Dan tak ada yang memberikan pencerahan.”
“Lagi pula kalau memang DPR mau memperbaiki citranya yang sudah ambruk itu, bukan begitu caranya. Misalnya saja Badan Kehormatan yang cuma memberi sanksi ringan pada Suwarno dan Panda Nababan, katanya tindakan itu sebagai sesuatu yang aneh, dan tidak sesuai dengan Undang-Undang. Padahal dua politikus PDIP itu telah divonis bersalah, dan sudah dijatuhi hukuman 17 tahun penjara oleh pengadilan Tipikor dalam perkara rasuah cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Cara kerja Badan Kehormatan itulah yang perlu diperbaiki.
Demikian juga halnya dengan absensi kehadiran anggota dewan yang banyak mangkir dalam kegiatan persidangan, bahkan bagi yang hadirpun kalau sudah duduk di kursi kerjanya Cuma tiduran atau nonton video esek-esek, adalah yang seharusnya jadi perhatian para pimpinan. Kalau memang betul mereka berniat mau memperbaiki citranya.”
“Tapi sudahlah, Kang, jangan terus-teruskan menyalahkan mereka,” kataku saat melihat hari mulai mendung, “Karena yang salah adalah rakyat sendiri, mengapa dulu mau memilih mereka untuk mewakilinya di gedung Dewan…”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H