PRESIDEN SBY tampaknya ingin seperti Gatotkaca, ksatria putra Bima. Terbang bebas melayang-layang melihat dunia dari atas sana,” kata Si Akang seraya meniup-niup kopinya yang baru saja dihidangkan.
“Maksudnya?” saya jadi penasaran dengan pendapatnya. Bisa-bisanya teman saya yang satu ini membuat analogi berita aktual saat ini dengan kisah Mahabharata.
Si Akang menyeruput kopinya, kemudian, “Selain untuk menekan anggaran biaya perjalanan, sebagaimana diberitakan, Akang mah lebih cenderung melihatnya kalau Pak Beye ada tujuan lain di balik semua pemberitaan itu.”
“Apa itu, Kang?” saya semakin penasaran.
“Tampaknya beliau sudah tidak percaya lagi dengan laporan para pembantunya, para menteri dan para ‘pembisik’nya yang memberi laporan: kalau kondisi keamanan negara aman dan terkendali, kalau rakyat Indonesia sudah hidup sejahtera, kalau … Partai Demokrat sudah mengakar di hati rakyat. Sementara media ‘kan beda memberitakannya. Jadi untuk membuktikannya Presiden mau langsung melihatnya. Supaya lebih mudah, maka seperti Gatotkaca itu. Terbang melayang dari angkasa. Tapi bedanya dengan Gatotkaca, bukan dengan sayap yang melekat di badan, melainkan pakai pesawat terbang Boeing 737-800 Business Jet-2, yang harganya US58,6 juta dollar.”
“Akang tahu darimana kalau para pembantu Presiden banyak memberi laporan palsu kepada dunungan (bhs. Sunda: Atasan)-nya?”
“Buktinya selama ini beliau lebih banyak diam ‘kan. Terkesan sepertinya cuma sebagai penonton saja. Sekalinya angkat bicara, seperti saat memberi pernyataan tentang gonjang-ganjing yang melanda Partai Demokrat, kesannya ‘kan mengambang, tidak ada ketegasan. Sehingga menimbulkan banyak penafsiran, dianalisa dari berbagai sudut pandang, bahkan lebih banyak yang menyudutkan, dan bagi kita orang awam begitu membingungkan.”
“Jadi ceritanya akang mau bertindak sebagai pengacaranya Pak Beye nih?”
“Bukan. Akang mencoba positive thinking-lah. Berbaik sangka, atau khusnuddzon, begitu.”
“Bagus tuh!” saya mengacungkan jempol ke depan wajahnya.
Sesaat kami terdiam. Tak tahu lagi apa yang mau diomongkan.
“Tapi jangan-jangan dengan membeli pesawat Pak Beye ingin memperkuat hegemoni Partai Demokrat… Maksud Akang, sebentar lagi ‘kan 2014. Dengan adanya pesawat terbang kepresidenan, beliau bisa kapan saja berkunjung ke daerah, ya, itulah, untuk menghimpun kembali kekuatan partai yang sekarang tampaknya mulai cerai-berai. Jangan sampai hanya dua periode saja bisa bertahan, dan ahirnya hilang dari ingatan. Malu ‘kan?”
“Ah, bagaimana Si Akang ini. Katanya tadi mau berbaik sangka, eh, sekarang sudah berubah lagi?”
“Namanya juga analisa ‘kan” jawab Si Akang sambil terbahak…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H