Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Susi, Jokowi, dan Tuntutan Tampilan yang Bikin Risih

8 November 2014   04:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca sebuah artikel tentang suatu penelitian terkait penampilan seorang pimpinan, baik di perusahaan – semisal manajer maupun CEO, dalam organisasi, juga di birokrasi, saya langsung merasa senewen. Dalam hati muncul pemberontakan, membantah pendapat dari hasil riset yang dilakukan VU University, Amsterdam, dan dipublikasikan dalam Frontiers in Human Neuroscience tersebut.

Betapa tidak. Bahwa saat memilih seorang pemimpin, hal yang kali pertama diperhatikan orang adalah penampilan, bukan isi kepalanya. Busana yang rapi, aroma tubuh nan wangi, dan kulit yang sehat, menurut sebuah penelitian, merupakan kualifikasi pemimpin idaman banyak orang.

Bagaimanapun di mata saya hal semacam itu memberi kesan seorang yang justru sibuk mengurus diri sendiri. Karena terlalu fokus dengan penampilan di muka umum, khususnya di depan para bawahan, tidak menutup kemungkinan tugas utama sebagai pemimpin untuk memajukan perusahaan agar lebih banyak mendapat profit, atau organisasinya semakin berkembang baik, juga pelayanan terhadap rakyat grafiknya semakin menaik pun jadi terabaikan. Paling tidak hal itupun memberi kesan snob, dan bisa jadi memiliki ego yang super tinggi.

Bahkan dewasa ini, penampilan yang seperti itu seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang hendak melakukan kejahatan. Tidak sedikit orang yang tertipu jutaan – bahkan milyaran rupiah oleh seseorang yang bernampilan ‘meyakinkan’. Atau tak jarang kita mendengar seorang gadis tiba-tiba melaporkan kepada pihak kepolisian, karena sebelumnya dirinya telah ditipu mentah-mentah, dan mengalami kerugian materi, tragisnya juga diambil mahkota keperawanannya oleh seseorang pria yang baru dikenalnya. Padahal pria itu berpenampilan cukup meyakinkan, dan terkesan sebagai orang yang bonafide.

Begitu.

Oleh karena itu, secara pribadi saya cenderung melihat  seorang pemimpin, selain dari kepiawaiannya dalam memimpin, ditambah dengan kecerdasan yang mumpuni, akan semakin mengaguminya bila berpenampilan secara sederhana saja. Dan apa adanya, sesuai dengan kepribadiannya masing-masing.

Salah satu contoh, malahan yang belakangan ini menjadi trending topic di berbagai media, adalah Susi Pudjiastuti yang dikenal berpenampilan eksentrik, cu’ek, dan apa adanya. Padahal Susi adalah sebagai ‘boss’ di perusahaan pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product, pimpinan Susi Air, maupun sebagai pemilik sekolah penerbang, dan sekarang menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Bahkan Jokowi sendiri, sejak jadi Walikota Solo, kemudian sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan sekarang menjadi Presiden RI ke-7, tampaknya tidak ada perubahan dari penampilannya.  Tetap sederhana, dengan kemeja putih yang tanpa dimasukkan ke dalam celana,  lengan panjang yang biasa digulung sebatas sikut, tapi kinerjanya tokh banyak disuka banyak orang.

Begitu pula dengan penampilan Mark Zuckerberg, pemilik Facebook, atawa Bill Gates mantan  CEO Microsoft, yang kekayaannya begitu ‘wah’, tampaknya biasa saja, alias sederhana. Tidak gemerlap semengkilap harta yang dimilikinya.

Sehingga saya akan lebih suka melihat penampilan Ibu susi maupun Presiden Jokowi tetap sebagamana biasanya, apa adanya. Tak perlu menuruti kritikan orang, dan jangan merasa risih kalau memang tak sesuai dengan nurani sendiri.

Terus terang saja hal penampilan ini cuma pendapat pribadi saya sendiri. Dan saya sendiri, terus terang saja dalam keseharian  lebih memilih lebih memilih mengenakan T-shirt dan jean. Sementara alas kaki cukup pakai sandal jepit murahan. Sesekali pakai sepatu kets, atawa boots. Karena selai terasa simpel, juga kemampuan kantong saya hanya sebatas itu saja terutama. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun