Memang pemerintah pada prinsipnya tidak memiliki kewajiban untuk menanggung segala kebutuhan masyarakatnya, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan disamping memang keberadaan Negara Indonesia yang sedang di lilit hutang-hutang luar negeri juga tidak memiliki cadangan uang yang memadai.
Akhirnya pasca di umumkannya BLT bagi tiap kepala keluarga selama tiga bulan tersebut, mayarakat di bawah meronta-ronta dan menagih dari hari ke hari agar segera di cairkan, tanpa perlu mengetahui terlebih dahulu regulasi yang ada. Yang di ketahui adalah setiap kepala keluarga akan mendapatkan BLT, padahal kenyataanya tidak demikian ada beberapa kategori dan persyaratan yang sangat rumit dan bahkan sulit masuk diakal.
Oleh karena itu, di tengah ketidak pastian seperti saat ini ada baiknya pemberlakuan BLT diberikan dengan nominal lebih kecil daripada yang seharusnya, namun dengan penyebaran lebih luas sehingga akan lebih banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya. Selain itu agar warga lebih mudah mengenal tujuan daripada keberadaan BLT ini apakah bagi mereka yang terdampak covid-19 ataukah bagi mereka yang 'miskin', dan terdampak miskin akibat covid-19. (senyum)
Yang terakhir, Pemerintah seharunya belajar menenangkan hati warganya bukan memenangkannya. Sedikit lebih menyederhanakan informasi yang disampaikan dan lebih banyak manfaat yang dirasakan . Sebab, penggunaan bahasa yang tidak utuh akan menambah beban baru bagi masyarakat.
Bangkalan, 29 April 2020
Juga di Posting di Blog pribadi:Â https://kata-karman.blogspot.com/2020/04/bantuan-langsung-tunai-blt-dan-ketidak_28.html?m=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H