Kecantikan arsitektur bangunan vihara ini tak hanya menarik umat Buddha untuk datang beribadah, namun juga menarik wisatawan untuk menikmatinya.
Oke, kali ini saya akan mengangkat Vihara Buddhagaya Watugong, Semarang. Saya tertarik mengangkat tempat ini, karena ketika saya kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang, Vihara ini salah satu tempat pelarian saya, selain pergi ke mall dan ke kolam renang. Biasanya saya ke sini sendiri. Saya senang saja duduk di bangku taman, bahkan pernah mengerjakan tugas kuliah di sini karena suntuk di kosan. Selain itu, momemnya pas, menjelang imlek.
Semarang, ternyata menyimpan banyak tempat wisata arsitektur yang menarik untuk dikunjungi. Tak hanya Simpang Lima, Tugu Muda, Lawang Sewu, Kota Lama, Mesjid Besar Kauman, atau Kelenteng Sam Po Kong, Anda dapat mengunjungi vihara cantik di kota ini, yaitu Vihara Buddhagaya Watugong.
[caption id="attachment_397796" align="aligncenter" width="448" caption="Halaman Pagoda Avalokitesvara."]
Beruntung, saat berkunjung, saya bertemu Pak Oey Poen kiat atau nama Indonesianya Eddy Purwanto dan Pak Halim Wijaya, pengurus Vihara. Saya juga senang, Vihara yang sempat terlantar selama kurang lebih 8 tahun ini seolah bangkit kembali di bawah binaan Sangha Theravada Indonesia. Bahkan, keberadaan vihara saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi telah menjadi objek wisata arsitektur yang menarik karena keindahan bangunan arsitekturnya.
Vihara Pertama di Indonesia
Kompleks vihara ini berdiri di atas lahan seluas 2,25 hektare. Ada 2 bangunan yang sangat mencolok di kawasan Vihara ini, yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Wihara Dhammasala. Vihara ini mengklaim bahwa tempat ini merupakan vihara pertama yang menyebarkan agama Budha di Pulau Jawa, setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit. Menurut Ketua Vihara, Halim Wijaya, mengatakan bahwa ajaran Budha di Watugong dibawa biksu asal Srilangka, bernama Narada.
[caption id="attachment_397795" align="aligncenter" width="342" caption="Pagoda Avalokitesvara"]
“Pada tahun 1934, Narada datang ke Indonesia membawa dua pohon bodhi. Dalam agama Budha, pohon ini dipercaya sebagai tempat Sang Buddha Gautama bersemedi dan memperoleh pencerahan. Keduanya ditanam di kawasan Borobudur, Magelang. Namun pada 1955, salah satu pohon dibawa dan ditanam di halaman Vihara Buddhagaya,” ucap Halim. Inilah yang membuat mereka percaya bahwa tempat ini merupakan vihara pertama yang menyebarkan agama Budha di Pulau Jawa.
Pagoda Tertinggi di Indonesia
Tak hanya cantik secara fisik dan menjadi tempat ibadah yang menarik, vihara ini ternyata menyimpan pesona lain. Salah satu bangunan di kompleks Vihara ini dinyatakan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Bangunan itu adalah Pagoda Avalokitesvara yang tingginya mencapai 45m. Pagoda ini disebut juga dengan nama Metta Karuna, yang memiliki arti kasih sayang.
Dengan ketinggian seperti ini, kompleks bangunan Vihara Buddhagaya Watugong sudah dapat Anda lihat dari kejauhan. Apalagi, kondisi bangunan berada di daerah perbukitan dan tidak ada bangunan tinggi di sekitarnya. Selain itu, bangunan ini terletak persis di pinggir jalan besar – Jalan Raya Ungaran – yaitu jalur utama kendaraan dari Semarang menuju Solo atau Jogjakarta dan sebaliknya. Jadi, Anda dipastikan tak akan kesulitan untuk mencari vihara ini.
Terdiri Dari 7 Tingkat
Pagoda Avalokitesvara ini ikon dari kawasan Vihara Buddhagaya Watugong Semarang. Selain bangunannya paling tinggi, pagoda ini memiliki aksen warna yang cerah dan menarik pandangan dengan dominasi warna merahnya. Tak ayal, bangunan ini sudah mencuri perhatian walau dilihat dari kejauhan. Yang menarik dari pagoda ini adalah ia dibuat menjadi tujuh tingkat, yang artinya bahwa seorang pertapa akan mencapai kesuciannya pada tingkat ketujuh.
Tingkat satu berada di lantai bawah dan berfungsi sebagai tempat sembahyang. Bagian dalam pagoda berbentuk segi delapan dengan ukuran 15m x 15m. Yang mencolok di dalam tingkat 1 ini adalah terdapat patung Dewi Kwan Im, atau disebut dengan Dewi Welas Asih yang berukuran besar dan tingginya yang mencapai 5,1m.Mulai tingkat kedua hingga keenam dipasang patung Dewi Kwan Im yang menghadap empat penjuru angin. Sementara pada tingkat ketujuh terdapat patung Amitaba, yakni guru besar para dewa dan manusia. Jika Anda perhatikan dengan seksama, di bagian puncak pagoda terdapat Stupa. Stupa ini memiliki fungsi untuk menyimpan relik, yaitu butir-butir mutiara, yang keluar dari Sang Budha.
Ada Ritual Sebelum Masuk
Selain bangungan Pagoda Avalokitesvara, bangunan lain yang mencolok di kawasan hijau dan asri ini adalah Wihara Dhammasala. Lokasinya persis berada di dekat pagoda. Bangunan ini dibangun sejak 1955 dan terdiri dari dua lantai. Jika Pagoda berbentuk segi delapan, bangunan ini berbentuk segiempat. Sebelum memasuki wihara, Anda harus mengikuti ritual khusus. Anda harus menginjak relief ayam, ular, dan babi, yang ada di lantai pintu masuk. Relief-relief ini memiliki arti khusus, yaitu ayam melambangkan keserakahan, ular melambangkan kebencian, dan babi melambangkan kemalasan.
[caption id="attachment_397799" align="aligncenter" width="512" caption="Wihara Dhammasala"]
“Melalui ritual ini, diharapkan umat beribadah dapat menghilangkan ketiga karakter yang ada di badan setiap manuai, hingga pada akhirnya bisa masuk surga,” ucap Oey Poen Kiat atau nama Indonesia-nya Eddy Purwanto, pengurus Vihara Buddhagaya Watugong. Setelah masuk ke dalam Vihara, tampak patung Budha berwarna emas dengan ukuran besar yang sedang duduk. Semua unsur di bangunan ini memiliki makna, termasuk dinding sekeliling wihara. Dindingnya dihiasi relief Paticca Samuppada, yaitu relief yang menceritakan tentang proses hidup manusia dari mulai lahir hingga meninggal.
Fasilitas Pendukung Lainnya
Selain sebagai tempat ibadah, vihara juga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan sosial. Di kompleks wihara, ada satu bangunan yang digunakan sebagai kegiatan belajar masyarakat setempat dan taman membaca. Bahkan, taman ini terbuka dipakai untuk semua agama, tanpa terkecuali. Di antara bangunan ini dan pagoda, terdapat patung Budha tidur. Patung ini diletakkan di dekat pohon bodhi. Beberapa orang juga banyak yang berdoa di depan patung ini
[caption id="attachment_397800" align="aligncenter" width="448" caption="patung Budha tidur dan pohon bodhi."]
Yang menarik, di area ibadah ini juga terdapat area tempat penginapannya. Bentuknya seperti rumah panggung dan terbuat dari dinding kayu. Penggunaan tempat penginapan ini bukan seperti hotel pada umumnya, tetapi sebagai penunjang ketika ada acara keagamaan dan mengharuskan orang-orang yang berkepentingan selalu ada di sekitar vihara. Satu hal yang menyenangkan saat ke sini, semua bagian dalam komplek Vihara ini ditata dengan rapi. Tak heran, jika banyak orang yang datang berkunjung ke tempat ini. Jadi, tunggu apalagi? Jika Anda datang ke Semarang, sempatkan untuk wisata religi dan arsitektur di vihara ini.
Ingin mengenal saya? Baca blog pribadi saya di arsitektour.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H