Persoalan transportasi memang kerap bikin kelimpungan pemerintah, baik itu transportasi darat dengan meningkatnya angka kecelakaan maupun dengan transportasi udara yang sangat terbatas sarana dan prasarananya serta transportasi laut yang kerap menjadi penyebab macetnya angkutan antar pulau di nusantara ini.
Demikian juga halnya dengan yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Selayar. Barometer keberhasilan selalu menjadi sebuah prestasi pemerintah dalam hal ini adalah dinas Perhubungan, namun bila kemudian pelayanan menjadi sebuah keluhan maka tidak satupun yang berani menjadi barometer. Bayangkan saja ketika operasional kapal feri yang melintas di pintu gerbang keluar masuknya arus penumpang,barang dan jasa ke Kabupaten Selayar kemudian tersendat dan hanya dilayani sebuah kapal feri maka yang patut menjadi perhatian pemerintah tentu saja kapal feri, bukan sebaliknya, mencoba mengusir halus pelayanan kapal feri yang saat ini dikelola PT Asdp Indonesia Feri di jalur tersebut selama berpuluh tahun melayani warga Selayar dengan menyebut bahwa pelayanan pengelola penyeberangan sangat kurang dan semau gue menentukan jadwal pemberangkatan kapalnya. Walaupun memang pada kenyataannya nyaris setiap saat seperti itu.
Melihat perkembangan pembangunan di daerah ini, sejumlah pengusaha pelayaran penumpang maupun barang setidaknya menaruh harapan untuk bisa berkompetisi memberikan pelayanan kepada masyarakat Selayar yang hendak bepergian keluar Selayar. Sebutlah jalur pelayaran pantai barat Selayar yang sementara waktu dilayani oleh pengusaha kapal cepat Minanga Gasing dengan mengoperasikan 2 armada kapal fiber dengan waktu tempuh kurang lebih dua jam dari pelabuhan Benteng Selayar menuju ke Pelabuhan Lappee Bulukumba. Sayang karena sejak awal musim barat lalu kapal ini kemudian tidak beroperasi lagi dan menurut sejumlah pengguna jasa yang pernah menaiki kapal perusahaan ini mengaku awalnya memang cukup memuaskan namun lama-kelamaan banyak menuai keluhan, diantaranya pada saat balik dari pelabuhan Lappee menuju pelabuhan Benteng, kadang kapal ini mengalami kendala mesin sehingga kecepatan kapal diperlambat, yang menyebabkan waktu tempuh mencapai tiga jam lamanya. Selain itu pelayanan, para awak kapal juga dinilai kerap terlihat pilih kasih dan sering dijumpai adanya bookingan ship, tanpa adanya pemberitahuan kepada pengguna umum, sehingga para pelanggang merasa sangat kecewa. Namun demikian keberadaan kapal cepat dijalur ini masih sangat terus diharapkan oleh masyarakat Selayar.
Sementara itu terdengar kabar bahwa pengusaha pelayaran Minanga Gasing yang hingga saat ini belum mulai beroperasi pasca musim cuaca buruk, mendesak kepada Pemerintah Kabupaten kepulauan Selayar untuk diberikan subsidi, dengan alasan pelayanan masyarakat, namun hingga saat ini belum diketahui pasti apakah subsidi tersebut akan digelontorkan atau tidak. Besaran subsidi juga tidak diketahui dan alasan belum beroperasinya kapal cepat dijalur pantai barat Selayar juga belum diketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H