" ......dugaan dugaan keterlibatan mereka dalam kejahatan terorganisir yang membuat kawasan nasional laut Takabonerate menjadi rawan dan tidak aman bagi wisatawan......"
Gara -Gara Dipaksa Setor Doble, Petugas Jagawana Penyok Di Amuk Massa Nelayan Selayar (1)
| 09 August 2011 |
Memalukan dan sangat disayangkan oleh sejumlah pihak di Kabupaten Kepulauan Selayar setelah pada Minggu malam (7/8) Haeruddin, seorang petugas Jagawana Kepulauan Selayar dan Petugas Penagihnya di desa Jinato babak belur dan nyaris merenggang nyawa termasuk rekan kerja oknum jagawana bernama Arman. Dalam kegelapan malam ke 2 oknum yang cukup meresahkan warga selama ini ,dapat meloloskan diri dari amuk massa keluarga nelayan Desa Jinato Kecamatan Takabonerate Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi-selatan yang tidak menerima perlakuan sang Jagawana. Perlakuan yang dimaksudkan dalam sebuah percakapan telepon dengan warga nelayan Jinato Selayar adalah bahwa oknum jagawana dimaksud melakukan penagihan pembayaran mencari hasil laut di wilayah kawasan nasional takabonerate untuk musim pencarian minggu ke 3 Agustus hingga minggu 2 september padahal untuk musim tersebut sesuai perjanjian, bahwa petugas dari lembaga manapun tidak dibenarkan melakukan penagihan pajak Turo” untuk musim selanjutnya dengan alasan apapun. Yang berlaku adalah nelayan siap mengeluarkan uang pengamanan mencari ikan di kawasan nasional Takabonerate Selayar sebesar 300 ribu per musim tangkap dan untuk musim tangkap saat ini telas lunas dimana sejumlah nelayan mengaku telah membayar uang keamanan sebesar 300 ribu perbulan selanjutnya telah terdaftar melunasi kepada pak binmas, catatannya ada Pak, dipegang oleh Pak Dacing, ipar dari kepala desa” Jinato ujar sumber saat di hubungi via telepon. Tapi oknum kemudian tidak mau mengerti dan sedikit memaksa kepada semua nama yang terdaftar di catatan penagihan agar bisa menyetor lebih awal dengan alasan mau lebaran, dengan sedikit kasar dan mengeluarkan kalimat bernada mengancam akan menangkapi para pelaku illegal fishing, dan hal ini terdengar oleh sejumlah warga nelayan yang ditemuinya sejak siang hari, saat tiba di pulau nelayan tersebut. Akibatnya warga mengaku sangat tertekan saat hal ini mulai beredar diantara para punggawa.................................................................................................................
Artikel diatas tentu saja sangat menarik untuk dilanjutkan pada sambungan ke 2 yang sampai saat ini belum di lakukan oleh penulis. Hal ini disebabkan karena belum ada tanda tanda kejadian ini di follow up oleh mereka yang berkompeten menindak lanjuti. Padahal jauh jauh hari informasi ini di publish di kompasiana pada akun yang jelas jelas bukan palsu dan bertanggungjawab. Namun kenapa hal ini tidak ditindak lanjuti kebenaranya. Pasalnya banyak informasi yang perlu di ketahui public terkait artikel tersebut, misalnya adanya dugaan praktek pungli terhadap nelayan dan praktek pemerasan dari oknum oknum petugas terhadap nelayan. Apakah ini bukan hal yang sangat penting di cari tahu kebenarannya. Termasuk informasi adanya ketegangan antar warga di desa Jinato atau kasus baru yang muncul akibat kejadian tersebut. Yakni lelaki Arman yang datang mau melerai juga di hujani pukulan oleh warga saat kejadian, akibatnya keluarga Arman ikut marah.
Kejadian lain yang saat ini menjadi buah bibir dan bahan obrolan warkop, adalah adanya oknum polisi yang di duga terlibat kegiatan illegal fishing dengan sinyaliran menjadi penyuplai bahan bahan ilegal, termasuk sinyalemen keberadaan miras oplosan yang meresahkan warga. Mereka menilai bahwa oknum polisi di desa Jinato Kecamatan Takabonerate tersebut. Bila sinyalemen ini benar maka sebaiknya mendapat tindakan keras dari atasannya karena oknum ini dinilai telah menodai citra kepolisian di tengah tengah warga.
Sejumlah informasi miring mengenai keberadaan oknum petugas dari sejumlah institusi yang bertugas di kawasan nasional takabonerate Kabupaten kepulauan Selayar Sulawesi-selatan semakin santer menjadi bahan pembicaraan termasuk kemungkinan adanya dugaan dugaan keterlibatan mereka dalam kejahatan terorganisir yang membuat kawasan nasional laut Takabonerate menjadi rawan dan tidak aman bagi wisatawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H