Mohon tunggu...
SEPUTAR INDONESIA
SEPUTAR INDONESIA Mohon Tunggu... Editor - Semua Untuk Indonesia

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Puluhan Kepsek SD Penerima Dak Pendidikan Di Kab.Kep.Selayar Trauma Diperiksa Penyidik

11 Februari 2012   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13289989901179708637
13289989901179708637
Beginilah kondisi secara umum dan kebanyakan bangunan sekolah di Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi-selatan. Kabupaten terselatan di jazirah Sulawesi yang berbatasan dengan NTT.  Anggaran negara dalam proyeksi dana alokasi khusus (DAK) yang setiap tahunnya dikucurkan didaerah ini hanya sebatas teori untuk perbaikan  dan berlalu begitu saja. Padahal bila sejumlah teori tentang perbaikan mutu pendidikan di Indonesia termasuk DAK Pendidikan dan anggaran daerah tertinggal yang dikucurkan ke daerah ini terencana dan terlaksana dengan baik sesuai peruntukannya dengan pengawasan yang sesuai pelaksanaan pengawasan tentu saja kita tidak akan melihat kondisi bangunan dimana anak bangsa di Selayar menimba ilmu pengetahuan. Prihatin dan pada setiap pelaksanaannya , tidak pernah lepas dari gontok-gontokan antara mereka yang kemudian menjadikan anggaran pendidikan ini menjadi lahan bisnis untuk mencari keuntungan. Beralasan dan memang telah sesuai juknis , itulah alasan mendasar serta aturan pemerintah yang melindungi mereka yang mengelola kegiatan dari anggaran negara ini. Miris memang, namun itulah kenyataannya. Belum lagi dengan sejumlah permasalahan sektoral dan internal diantaranya sengketa lahan yang kadang menjadi sumber persoalan disetiap sekolah yang lahannya berasal dari hibah masyarakat.  Dimana pemilik lahan yang telah menghibahkan lahannya tersebut kemudian tergiur juga dengan keuntungan pengerjaan pekerjaan fisik sekolah atau rehab gedung sekolah yang anggarannya dari dana DAK berjalan. Dan bila tidak diberikan pengunjukan atau kontrak pelaksanaannya, akan berbuntut ditutupnya areal sekolah yang tentu saja menghambat aktivitas para guru dan murid. Kadang juga penutupan lahan karena adanya hasutan dari pihak pihak kecewa karena tidak menmdapat paket kegiatan proyek saat anggaran tersebut mulai dilaksanakan.  Malah ada permasalahan yang sampai dipolisikan, biasanya antara pihak kepala sekolah dan rekanan yang merasa telah dirugikan, karena telah mengeluarkan dana awal kepada kepela sekolah atau oknum lain yang kemudian tidak menepati perjanjian paket proyek Dak pendidikan. Bukan melibatkan kontraktor, pengusaha buku dan alat peraga serta rangka baja dan perlengkapan sanitasi ataupun penyalur komputer saja yang menjadikan dana alokasi khusus ini sebagai lahan berburu keuntungan akan tetapi oknum pejabat, oknum perwira keamanan, oknum wakil rakyat serta konsultan malah lebih dulu mencari keuntungan dari program pendidikan ini. Misalnya untuk mendapatkan alokasi anggaran dalam proyek dak, kadan seorang kepala sekolah harus bermain mata dengan oknum perencana atau seorang kontraktor kemudian memainkan peran mediasi kepada oknum pejabat atau wakil rakyat yang dinilai mampu dan berpengaruh dalam pelaksanaan proyeksi anggaran. Belum lagi kalau terjadi jual beli surat perjanjian dan kemitraan, bila kemudian proyek ini di swakelolakan antara pihak sekolah dan pengusaha. Khususnya dalam penganggaran pengadaan buku dan alat peraga pendidikan serta peraga laboratorium. Jumlah anggarannya cukup menggiurkan pada angka angka miliaran rupiah.  Salah satu contoh pengumuman yang berhasil direkam kompasiana dalam proyek pengadaan alat peraga Dak Pendidikan TA 2010 yang dibatalkan panitia lelang tanpa alasan yang jelas :
1329001556762097030
1329001556762097030
Pengumuman Pembatalan Proy ek ini tertempel dipapan pengumuman ULP Selayar. Untuk tahun anggaran 2011 lalu, lebih dari 10 Miliar rupiah DAK Pendidikan dikucurkan ke wilayah Selayar. Dan sesuai hasil konfirmasi ke Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dan Menengah, Dinas Pendidikan nasional Kabupaten Kepulauan Selayar Nalawapa menjelaskan bahwa pertanggungjawaban DAK Pendidikan 2011 dinyatakan selesai dan rampung 100% sesuai perencanaan dan pengawasannya juga telah berjalan. Termasuk pertaggungjawaban dari puluhan kepala sekolah penerima telah dilaporkan ke pemerintah pusat per desember 2011. Sementara pelaksanaan penyeluran buku dan alat peraga juga telah terlaksana. Termasuk anggaran yang teralokasi ke Selayar TA 2011  telah diserahkan semua ke para pelaksana dan perencana serta pengawasan secara prosudure yang tertuang dalam juknis. Nalawapa juga menyebutkan bahwa untuk proses pelaksanaan DAK 2012, sementara dalam perencanaan oleh konsultan perencana yang sama dengan konsultan perencana selama 4 tahun terakhir. Kalaupun ada berbeda nama perusahaan yang dibawa namun di akui kadikdasmen ,Nalawapa bahwa konsultannya masih Drs.Muhlis. Berbeda dengan penjelasan seorang anggota Dprd Selayar sumber kompasianer yang minta inisialnya tidak dipublis dengan alasan bukan komisinya, namun hal ini tak lepas dari pengamatannya. Sumber menyebutkan bahwa sejumlah sekolah dasar penerima Dak Pendidikan TA 2011 masih belum rampung. Malah ada sejumlah sekolah yang terpaksa tidak melakukan pengerjaan kegiatan akibat sengketa lahan. Ada juga sejumlah sekolah penerima yang kemudian mengeluhkan tidak cukupnya anggaran yang dialokasikan sesuai perencanaan. Malah penyaluran buku dan alat peraga hingga saat ini belum selesai.  Salah satu sekolah dasar yang hingga saat ini belum selesai adalah SD. Gantarang Keke dan SD laloasa yang berada di kecamatan Bontomanai. Menurutnya hal mendasar yang terjadi dalam pelaksanaan proyek Dak Pendidikan adalah kesalahan perencanaan dan kesalahan dalam sistem pengawasan. Singkatnya. Sementara itu, dari data yang ada pada Forum Peduli Selayar, FPS yang merupakan lembaga pemerhati pendidikan, tercatat bahwa sedikitnya 50an lebih kepala sekolah penerima Dak mengaku trauma karena telah diperiksa oleh penyidik kepolisian dan kejaksaan terkait pelaksanaan Dak Pendidikan dalam 5 tahun terakhir. Malah sejumlah barang bukti, termasuk pengusaha buku telah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi atas kasusini di kejaksaan.  Namun hingga saat ini belum ada satupun yang dilanjutkan prosesnya ke meja hijau alias di peti eskan.  Dalam catatan lain disebutkan bahwa konsultan perencana dan pengawas yang terlibat dan ikut diperiksa kejaksaan pada tahun 2007 bersama 50 kepala sekolah penerima serta kepala dinas pendidikan dan seorang pengusaha buku, masih nama yang sama, sehingga kunci dari dugaan kerugian negara dalam pelaksanaan program pendidikan ini ada padanya. Kompasianer bermaksud menulis secara berlanjut hasil investigasi dugaan kkn dalam proyek Dak Pendidikan di Selayar. Namun semuanya tergantung komentar anda. Bila dibutuhkan maka akan dilanjuthkan. Semoga dapat dimanfaatkan.
1329004401441376434
1329004401441376434
Pada saat yang bersamaan dan tertangkap kamera rekan kompasianer, ratusan siswa smk bonea Selayar terpaksa melakukan aktivitas belajar mengajar tanpa meja dan kursi. Menurut sumber , bahwa anggaran untuk itu tidak ada, termasuk tidak adanya kepedulian serius untuk hal ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun