Kali ini saya menulis tentang hubungan obat anti inflamasi dan jaringan otot untuk menjawab pertanyaan 'Sejauh mana anda setuju bahwa obat anti inflamasi menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot?'. Saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang jaringan otot. Jaringan otot merupakan kumpulan sel yang memiliki ciri aktif bergerak. Jaringan otot mendukung hewan untuk bergerak di darat maupun laut, atau mendukung kerja organ tertentu untuk melakukan fungsinya. Di dalam tubuh terdapat tiga macam jaringan otot, yaitu :
Jaringan Otot Polos
Sel otot polos berbentuk gelendong, kedua ujungnya meruncing, bagian tengah lebih lebar. Sel ini memiliki satu inti berbentuk oval di tengah sel, tidak memiliki pita gelap terang, sehingga disebut polos. Aktivitasnya lambat, tetapi mampu berkontraksi dengan lama dan tidak cepat lelah. Sistem sarafnya otonom. Otot polos merupakan otot involunter (tak sadar), karena gerakannya tidak menuruti perintah yang diinginkan. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan makanan, dinding pembuluh darah, saluran pernapasan, dan saluran reproduksi.
Jaringan Otot Rangka
Otot lurik (otot rangka) merupakan melekat pada tulang rangka. Otot rangka juga disebut juga daging. Otot ini berwarna merah muda karena mengandung pigmen di seratnya dan memiliki banyak pembuluh darah. Inti selnya berbentuk lonjong dan banyak di pinggir sel, mengandung mitokondria, dan memiliki miofibril. Otot ini merupakan otot volunter, cepat bereaksi jika ada rangsang, kontraksi kuat, tetapi cepat lelah. Ujung selnya meruncing, tetapi agak membulat pada perbatasan otot dengan tendon.
Otot ini hanya terletak di jantung. Selnya berbentuk silindris dengan ujung bercabang dua/lebih, dan merupakan otot involunter.Miofibrilnya berlurik dan banyak mitokondria. Setiap serat mengandung satu inti berbentuk lonjong panjang di tengah serat. Pada permukaannya terdapat serat Purkinje.
Nah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan 'Sejauh mana anda setuju bahwa obat anti inflamasi menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot?'. Saya setuju dengan pernyataan di atas. Sebelumnya, inflamasi merupakan respon biologis kompleks dari jaringan vaskuler atas adanya bahaya, seperti patogen, irritasi, atau kerusakan sel. Inflamasi merupakan wujud usaha perlindungan diri tubuh kita untuk menghilangkan rangsangan penyebab luka dan inisiasi proses penyembuhan jaringan.Â
Apa yang terjadi apabila tidak ada inflamasi? Jika inflamasi tidak ada, maka luka dan infeksi yang ada di dalam diri kita tidak akan sembuh dan selnya akan mengalami kerusakan yang lebih parah. Tetapi, inflamasi yang berlebihan dan tidak terkontrol juga akan membawa penyakit bagi tubuh kita, seperti demam, atherosclerosis, dan reumathois arthritis. Anti inflamasi sendiri memiliki arti obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme melainkan karena adanya sesuatu yang timbul sebagai respon cedera jaringan dan infeksi. Obat anti inflamasi mempunyai kelebihan khusus seperti meredakan rasa nyeri (analgesik), dan sebagai penurun panas (antipiretik).
Obat anti inflamasi ada yang disebut dengan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Obat golongan steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi dibandingkan NSAID, yaitu dengan menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase. Mekanisme kerja NSAID yang didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxgenase-1) dan COX-2 (cyclooxgenase-2). Enzim cyclooxgenase ini berperan dalam hal memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid.
Alasan pertama adalah adanya insufisiensi kelenjar adrenal. Insufisiensi kelenjar adrenal memiliki arti kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon kortisol (steroid). Obat anti inflamasi yang steroid dapat mengatasi kekurangan hormon kortisol. Dalam kenyataannya pernyataan tersebut salah karena obat anti inflamasi yang steroid memiliki struktur yang sama dengan hormon tersebut, tetapi steroid tidak bisa menggantikan peran dari hormon kortisol di dalam tubuh. Jika kita mengonsumsi obat anti inflamasi yang steroid, maka hormon kortisol pada tubuh kita akan terlalu banyak. Hormon kortisol yang terlalu banyak akan menyebabkan kelenjar adrenal menjadi rusak dan akhirnya hormon kortisol yang ada dalam tubuh kita menjadi tergangggu. Jika hormon kortisol pada tubuh terganggu, maka akibatnya perkembangan dari jaringan otot akan terganggu.