Pergaulan di Indonesia semakin hari semakin absurd. Ada ada saja yang dijadikan sebagai kosakata baru dalam dunia pergaulan bangsa Indonesia khususnya para pemudanya. Pergaulan sekarang ini ibarat gadget, telat sedikit sudah ketinggalan update dan disangka norak atau tidak gaul.
Istilah – istilah jaman sekarang cenderung membuat orang susah untuk bersosialisasi. Apapun yang tidak perlu malah dibatasi. Ingin berbuat baik tetapi malah dicurigai. Istilah – istilah ini ada yang berasal dari dunia sinetron, media sosial, dan ada pula yang diciptakan secara luar biasa kreatif oleh para remaja Indonesia. Biasanya berupa singkatan, atau huruf yang dibolak balik saja.
Di antara banyak istilah tersebut ada 5 istilah yang berpotensi besar merusak hubungan sosialmu dengan teman – teman menjadi rusak, jika tidak pandai menggunakannya.
Sampai munculah istilah “KEPO” kita jadi kurang bisa menghargai rasa keingintahuan orang dan usaha untuk membuka obrolan. Awalnya kata ini diucapkan untuk mereka yang suka ngulik privasi orang lain. Tapi, sekarang maknanya semakin meluas. Sekedar berbasa-basi dengan kenalan baru pun dianggap kepo. Kata ini bisa menjadikan orang semakin individualis. Enggan bertanya dan bercakap-cakap dengan orang lain, karena males dikatain kepo. Bahaya, kan?
Sampai munculah istilah “MODUS” kita jadi kurang bisa menghargai rasa ingin membantu atau menolong.
Sampai munculah istilah “GALAU” kita jadi kurang bisa menghargai ekspresi emosi seseorang yang biasanya dia tuangkan pada kata atau bahasa. Sekarang, galau hanya diucapkan untuk mereka yang stress karena masalah asmara, padahal belum tentu. Galau juga seakan sudah memiliiki tanda-tanda khusus.
Sampai munculah istilah “CAPER” kita jadi kurang bisa menghargai rasa peduli orang lain yang memang tulus dari hatinya.
Sampai munculah istilah “BAPER” kita jadi kurang bisa menghargai perasaan orang lain yang memang terkadang bisa muncul begitu mudahnya. Entah siapa yang menciptakan istilah ini, yang pasti sejak kata ini muncul, semakin susah bagi siapa saja untuk mengekspresikan perasaannya. Padahal, setiap manusia pasti mempunyai perasaan, dan hal yang wajar jika membawa perasaan.
Apakahpergaulan kita akan terus menerus menggerus rasa saling menghargai kita?
Kosakata tersebut boleh digunakan, tentunya dengan situasi dan kondisi yang tepat. Jangan sampai dengan kosakata tesebut, pergaulan yang seharusnya bisa saling menghargai jadi saling membenci karena adanya tidak saling menghargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H