Mohon tunggu...
ARSIANA MARIA FUN
ARSIANA MARIA FUN Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Staf

Hobi: Main gitar dan bernyanyi,Menulis dan membaca,Memasak dan makan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Psikologi

6 Juni 2024   23:01 Diperbarui: 9 Juni 2024   17:44 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruang psikologi.com
Ruteng,4 Juni 2024
Oleh: Arsiana M. Fun

Mari Bernyanyi di Tengah Penderitaan

1. Teman saya berujar itu mustahil. "Gila, apa?" katanya. Kata saya, tidak mustahil tapi susah setengah mati. Maka, saya masih mengajak Anda mencobanya, terutama buat mereka yang sedang dalam perjalanan di tengah gelapnya situasi, di tengah hati yang hancur lebur. Yang saya maksud susah itu adalah bisa berpikir positif dua hari, kemudian tujuh hari ke depan acakadul lagi. Nanti bangkit lagi, kata teman saya 

"Jaka sembung bawa golok, gak nyambung goblok!"

2. Berdasarkan hasil mengikuti seminar itu, menerima keadaan adalah sebuah sikap yang harus dilakukan di baris pertama. Mau atau tidak mau. 

Kedua, baru mengatasi problem. Kalau problemnya sengaja dibuat oleh kita sendiri, sebaiknya tanggung saja sendiri dan tak perlu  mengeluh .

Yaahh... ingat saja sistem tabur tuai. Misalnya,  memelihara aktivitas merokok. Lama-kelamaan, Anda punya masalah dengan kesehatan, padahal sudah diperingatkan bahayanya rokok, yang ironisnya diingatkan oleh produsen rokoknya sendiri. Nah, kalau seperti itu. Anda dilarang, mengeluh.

Kalau memang bukan gara-gara Anda, ya....sikap meneriama itu juga harus dilaksanakan. Namanya pasrah.Saya mengartikan pasrah itu kita bekerja dengan bala bantuan Sang Khalik yang menciptakan kita, dan bukan hanya  dengan kekuatan kita semata yang begitu terbatasnya.

3. Jiwa yang sehat memang banyak memberi kontribusi sehingga Anda bisa bernyanyi  di tengah kegelap itu.Saya sudah mencobanya. Waktu saya putus cinta,kekeliruan yang saya buat adalah  makan rajin mendengarkan  lagu-lagu putus cinta yang membuat saya semakin nelongso. Melodi yang merengek-rengek dan membuai saya makin tenggelam, justru menjadi pilihan utama. Saya berpikir saya terbantu dengan musik cengeng itu. Ada temannya paling tidak. Kemudian teman saya datang lagi. Dia berteriak Jadi orang itu jangan goblok kelamaan" Kemudian ia menyodori saya lagu-lagu, macam I Will Survive kata-katanya dan melodinya mengentak dan menyemangati. Jadi kesimpulannya, kalau sudah terperosok  jangan menggunakan alat bantu yang makin memerosokkan. "Itulah goblok yang sungguhnya. Goblok yang segoblok-gobloknya," kata teman saya itu lagi. Di samping lagu duniawi, ia juga menyodorkan lagu rohani. "Jadi elo tu ya, dapat bantuannya luar dan dalam. Atas dan bawah." lanjutnya lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun