Mohon tunggu...
arsinah sadar
arsinah sadar Mohon Tunggu... -

mencari cinta untuk perdamaian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revealing the Veil of Mystery Samarinda

10 November 2010   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu malam ketika ku berdiri di salah satu bukit di atas kota Samarinda,Batu Besaung Sempaja…….pandangan ta’jub ku arahkan pada landscape yang terhampar di hadapanku….kota Samarinda yang kucintai…..bagaikan batu permata berwarna-warni terlihat indah meski malam itu tak ada cahaya bulan yang menyinari…..seluruh kota  seluas 180° terlihat dengan jelas dalam kesunyian malam…..semilir angin dingin yang bertiup menghembuskan bahasa lirih…..subhanallah….

Sungguh aku ingin menikmati  tempat itu lebih lama….sayangnya tidak ada warung kopi untuk sekedar duduk-duduk atau berbicara banyak hal…… Saat itu anganku melanglang buana menuju sebuah kota……Bogor…….keadaan disini mirip disana….hampir semua orang ingin pergi ke puncak Bogor baik siang, malam dan pagi hari….hanya ingin menikmati ketinggian….dan sejuknya udara….sambil menikmati jagung bakar dan minuman hangat……….ah….mengapa tempat seperti itu tidak ada di kotaku padahal potensi wisata seperti itu dapat diciptakan dengan mudah…..

Aku ingin sering pergi kesana……sayang sekali jalan yang menuju kesana banyak yang rusak dan tidak di beri penerangan, beberapa penduduk disana saja mengalami kesulitan untuk bepergian karena kendaraan umum menuju kesana masih langka.

Pada malam yang lain….aku duduk di tepian Mahakam membawa turis dari Amerika sambil menikmati buah durian….harganya mahal sekali….buah tersebut datang dari Sulawesi…..padahal menurut sahabatku…. di daerah kita ini ada buah durian yang langka , namanya durian Bakul  dan durian Loa Lepu,  sekarang ia berusaha membudidayakannya…..aku menyambut hangat keinginannya…..lalu aku bercerita kepadanya….tentang Bob Sadino….ia bangkit dari kemiskinannya…..dengan mengembangkan hasil pertanian……menurutku sahabatku itu hebat…..dengan penuh semangat bahu membahu dengan keluarganya mengembangkan pertaniannya…….ikan mas, bebek, ayam, ikan patin, buah-buahan……

Para remaja….maupun orangtua….menghabiskan waktu sore atau malam hari di tepian Mahakam….bagaimanapun tepian Mahakam tempat favorit untuk bersenang-senang bersama keluarga dan handai taulan…..

Pada waktu sore hari beberapa orang pria duduk-duduk tanpa suara….bukan melamun….tetapi memancing ikan tanpa menghiraukan beberapa ponton pengangkut batubara melintas di depannya….benakku berkata....masih banyak ikan kah di sungai ini.....

Tetapi beberapa nelayan tradisonal dengan perahu kecil tanpa mesin,,,,dan lampu minyak,,,,sering kutemui pada waktu malam, mereka menyandarkan perahunya di tepian mahakam......bahkan pada siang hari pun....beberapa nelayan luput dari perhatian banyak orang....melempar jala di tengah sungai dan memarkirkan perahunya di tengah sungai di sebatang kayu yang di bawanya......saya pernah melihat mereka dari dekat , ternyata....hasil tangkapan mereka sangat sedikit........

Suatu ketika  aku elintasi kota pada waktu dini hari…..cahaya bulan keemasan memantul  indah diatas sungai…..kabut pagi menutupi sebagian wajah kota seakan-akan menyimpan misteri….Samarinda dalam diamnya….mempunyai banyak cerita yang tak habis kutuliskan dalam catatan harianku…..

Tetapi suasana indah yang kutuliskan ini ternoda dengan bebera pakejadian yang tak mengenakkan…..

Suatu pagi ketika aku hendak berangkat kerja, embun pagi dan halimum dingin masih terasa….aku menghentikan kendaraan dan duduk sejenak di tepian Mahakam….menatap ke sungai…..puluhan kapal penarik ponton Batubara…bersusun rapi….laksana kapal perang  yang siap berangkat……..sesampainya di jembatan Mahakam…..sebuah trailer terhenti disana karena mogok….puluhan kendaraan tersendat tak melangkah……kemacetan sudah terjadi di padi hari….hingga memaksa kami mencari jalan alternative ke jembatan Mahulu…..padahal hal itu menambah jauh perjalananku…..

Pada hari berikutnya…..di pagi hari yang dingin hujan lebat mengguyur seluruh kota…..kabut tebal menutup pandangan….mobil-mobil terpaksa menyalakan lampu……..sepanjang jalan yang kulalui air sudah menggenang……….setibanya diatas bukit  Pesona Mahakam….dan menuruni lereng jalan….air meluncur deras dan memenuhi  jalan….sebuah sedan hampir hanyut dibawa arus…..beberapa kendaraan pengangkut anak sekolah terpaksa menghentikan langkah menuju tujuan…..hujan lebat dan banjir memaksa mereka tidak jadi ke sekolah padahal jarak ke sekolah sudah dekat……siang hari udara panas menyengat kulit…..seakan-akan hujan lebat tadi pagi tidak ada bekasnya…..begitulah alam kotaku….alam tropis yang khas….sejak jaman dulu penduduk asli sudah bersahabat dengan alam….mereka mendirikan rumah yang tinggi….sehingga ketika hujan mereka aman dari sergapan banjir yang datang sebentar kemudian habis diserap tanah, pohon, dan rawa……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun