Sekelompok mahasiswa semester lima Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tengah diliputi kegalauan. Mereka tak hanya memikirkan kesejahteraan guru di masa depan, tetapi juga bagaimana perkembangan teknologi yang begitu pesat dapat memengaruhi bahkan mungkin mengancam profesi guru. Kecerdasan buatan (AI), deep learning, kecerdasan abad ke-21, serta konsep revolusioner bernama metaverse menjadi topik yang mengguncang pemikiran mereka.
Namun, kegalauan mereka tidak hanya berakhir sebagai obrolan biasa. Mahasiswa kelas 5H PGSD segera bergerak, memobilisasi teman-teman sekelas untuk membahas isu ini lebih dalam. Di dalam kelas, mereka berdiskusi, mencari informasi, dan berusaha memahami apa yang sedang terjadi serta tantangan apa yang akan mereka hadapi di dunia pendidikan ke depan. Mereka mempertanyakan bagaimana peran guru akan berkembang di era digital ini.
Diskusi internal ini dirasa masih kurang, karena keterbatasan perspektif jika hanya dilakukan di antara mereka sendiri. Maka, ide besar pun lahir: mengadakan diskusi publik yang melibatkan para ahli, praktisi pendidikan, serta mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Ketua kelas mengambil inisiatif untuk menggagas acara ini, yang kemudian disambut dengan antusias oleh teman-teman sekelasnya.
Rencana diskusi publik ini segera disampaikan kepada Kaprodi PGSD, Dr. Ina Magdalena, M.Pd. Sebagai "orang tua" akademik bagi para mahasiswa, beliau menyambut baik gagasan tersebut dan memberikan dukungan penuh. Dengan semangat dan modal sendiri, mahasiswa kelas 5H mulai merancang acara yang diharapkan bisa menjadi ajang bertukar gagasan serta mencari solusi atas tantangan pendidikan di masa depan.
Persiapan dilakukan dengan penuh semangat. Publikasi acara dibuat semenarik mungkin agar menarik banyak peserta. Mahasiswa PGSD ingin agar diskusi ini menggema luas, sehingga semakin banyak ide dan solusi yang bisa muncul. Kerja keras mereka akhirnya membuahkan hasil: diskusi publik ini berhasil menghadirkan para pembicara yang kompeten di bidangnya.
Dalam acara tersebut, salah satu narasumber utama adalah Dr. Dra. Hj. Euis Hendrawati, M.Si., seorang ahli pendidikan yang membahas bagaimana peluang pengajaran di era metaverse akan berkembang. Beliau menekankan bahwa guru harus siap beradaptasi dengan teknologi dan mengubah pendekatan pembelajaran menjadi student-centered learning, sesuai dengan perkembangan pendidikan modern.
Selain itu, hadir pula Arry Patriasurya Azhar, M.Kom., seorang dosen mata kuliah ICT yang menjelaskan tentang konsep metaverse dan bagaimana teknologi ini berkembang. Menurutnya, konsep ini sebenarnya bukan hal baru, tetapi di Indonesia baru mulai menjadi topik diskusi yang serius. Pak Arry menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi dalam pendidikan harus dipahami sebagai peluang, bukan ancaman.
Diskusi berjalan sangat dinamis dan interaktif. Ibu Kaprodi Dr. Ina Magdalena, M.Pd. secara langsung membuka acara dan mengapresiasi inisiatif mahasiswa dalam mencari solusi atas tantangan pendidikan. Beliau juga mendorong dosen lain untuk lebih aktif hadir dalam diskusi semacam ini guna memahami pemikiran dan aspirasi mahasiswa.