Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Pembelajar

Arry Azhar merupakan seorang yang hobi belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang mengasyikkan penuh dengan pengalaman serta nilai nilai kehidupan yang didapatkan. Melalui kompasiana, ia mencoba belajar menjadi penulis. Arry Azhar memiliki hoby membaca, mendengarkan musik, menulis, menonton film dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustad di Kampung Maling

2 Februari 2025   08:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   08:26 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah perkampungan (Sumber: Freepik)

Kampung Sumber Kencana punya reputasi buruk. Hampir semua penduduknya terlibat dalam pencurian, baik kecil-kecilan maupun perampokan besar. Hasil rampasan sering dibagi rata di antara warga, dan mereka hidup nyaman dalam kesalahan yang telah menjadi tradisi.

Suatu hari, datang seorang ustad bernama Ustad Harun. Dia masih muda, berwajah tenang, tampan dan tutur katanya lembut. Ia dikirim oleh pesantren tempatnya menuntut ilmu untuk membangun kembali masjid tua yang sudah lama terbengkalai. Warga menyambutnya dengan curiga, namun mereka membiarkannya karena merasa seorang ustad tidak akan berbahaya.

Pada malam pertama, Ustad Harun mengalami kejadian aneh. Sandalnya hilang. "Wajar," pikirnya. "Di kampung maling, kehilangan adalah hal biasa." Tapi alih-alih marah, dia justru mengumumkan, "Siapa pun yang mengambil sandal saya, semoga Allah berkahi dia dengan sesuatu yang lebih baik."

Keesokan harinya, masjid yang semula kosong mulai terisi satu dua orang. Awalnya hanya karena penasaran, tapi lama-lama warga mulai menikmati cara Ustad Harun berceramah. Dia tak pernah mencela mereka secara langsung. Ia berbicara dengan kisah-kisah yang menggugah, tentang pencuri yang bertaubat, tentang kemuliaan memberi, dan tentang kehidupan setelah mati.

Satu per satu, warga mulai berubah. Mereka yang dulunya merampok mulai enggan melakukannya. Mereka yang dulu berbagi hasil curian kini merasa malu. Tapi tidak semua senang dengan kehadiran ustad itu.

Samsul, kepala kelompok maling terbesar di kampung, merasa pengaruhnya mulai terkikis. Ia mendatangi Ustad Harun malam-malam. "Ustad, sebaiknya kau pergi. Kampung ini tak butuh orang suci."

Ustad Harun tersenyum. "Samsul, jika aku pergi, apakah hatimu akan tenang?"

Samsul diam. Ia ingin berkata 'ya', tapi entah kenapa lidahnya kelu.

Malam itu, terjadi kejadian mengejutkan. Gudang tempat para maling menyimpan hasil jarahan terbakar hebat. Warga panik, mereka kehilangan sumber penghidupan. Tapi di tengah kebingungan itu, Ustad Harun tetap tenang.

"Jika kita hidup dari mencuri, maka kebakaran ini adalah teguran. Mungkin sudah waktunya kita mencari rezeki yang halal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun