Sabtu, 25 Januari 2025, pagi itu cuaca cerah dan bersahabat, tidak terlalu panas dan tidak pula hujan. Di hari Sabtu yang sibuk ini, saya memiliki dua agenda penting: satu kegiatan keluarga dan satu lagi berhubungan dengan tugas saya sebagai dosen di salah satu universitas di Tangerang.
Hari itu, saya telah berjanji untuk mendampingi sepuluh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada acara pembukaan magang ketiga di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Cikokol, Kota Tangerang. Magang ini adalah tahap terakhir dalam rangkaian magang yang harus dijalani oleh mahasiswa Fakultas Keguruan, dilakukan pada semester tujuh sebagai penutup dari dua magang sebelumnya yang berlangsung di semester tiga dan lima.
Program magang dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang profesi guru, termasuk berbagai tantangan yang menyertainya. Magang pertama berfokus pada observasi, di mana mahasiswa mempelajari bagaimana seorang guru menjalankan tugasnya sehari-hari -- mulai dari datang ke sekolah, mengajar, hingga berinteraksi dengan siswa dan lingkungan sekitar. Pada magang kedua, mahasiswa dituntut untuk menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan kelas yang akan mereka ajar. Akhirnya, magang ketiga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempraktikkan perangkat pembelajaran yang telah mereka buat di bawah bimbingan guru pamong.
Acara pembukaan magang ketiga di SDN Cikokol 3 dihadiri oleh Kepala Sekolah, Ibu Mintarsih, M.Pd., beserta seluruh dewan guru. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan dan penghormatan kepada para mahasiswa yang akan memulai pengalaman praktik mengajar ini. Dalam sambutannya, Ibu Mintarsih menyampaikan apresiasi karena SDN Cikokol 3 dipilih sebagai tempat pelaksanaan magang. Beliau juga memaparkan berbagai program unggulan sekolah yang menanamkan pendidikan berkarakter pada siswa, seperti:
- Senin: Upacara bendera dengan petugas yang bergilir agar semua siswa dapat merasakan pengalaman tersebut.
- Selasa, Rabu, dan Kamis: Senam pagi untuk memulai hari dengan semangat.
- Kamis: Hari berbahasa Inggris (English Day), di mana seluruh warga sekolah berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
- Jumat: Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengaji untuk siswa Muslim dan bina iman untuk siswa non-Muslim.
- Sabtu: Hari kegiatan ekstrakurikuler untuk menumbuhkan minat dan bakat siswa di luar akademik.
Keunikan dari magang kali ini adalah adanya mahasiswa yang juga bekerja penuh waktu. Kondisi ini menuntut mereka untuk mampu membagi waktu dan menyusun strategi agar pekerjaan dan kegiatan magang dapat berjalan beriringan. Hal ini tentu bukan tantangan yang mudah, tetapi mereka harus mampu menjalaninya dengan baik selama satu bulan ke depan.
Magang ketiga ini bukan sekadar formalitas dalam kurikulum, melainkan juga sebuah proses transformasi. Mahasiswa tidak hanya belajar menjadi guru, tetapi juga menyelami makna mendalam dari profesi ini -- bagaimana menghadapi siswa dengan latar belakang beragam, menciptakan perangkat pembelajaran yang menarik, hingga membangun hubungan baik dengan rekan kerja di lingkungan sekolah.
Kehadiran program magang ini adalah langkah penting dalam menyiapkan calon guru yang kompeten, penuh dedikasi, dan siap menghadapi dunia pendidikan yang dinamis. Semoga para mahasiswa ini dapat menyerap sebanyak mungkin pelajaran dari pengalaman di lapangan dan membawa semangat positif ini ke dalam karier mereka di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI