Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Penuh Inspirasi Bersama Prof. Imam Robandi : Sebuah Kisah Tentang Dedikasi dan Nilai Kehidupan

27 Januari 2025   12:42 Diperbarui: 27 Januari 2025   12:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Prof Imam Robandi (Sumber:Foto Pribadi)

Minggu, 26 Januari 2025, saya bergegas menuju Bandara Soekarno-Hatta pukul enam pagi. Hari Minggu biasanya identik dengan waktu untuk bersantai, bepergian, atau berkumpul bersama keluarga. Namun, pagi itu tujuan saya bukan untuk liburan. Saya hendak ke Surabaya untuk bertemu seorang tokoh hebat yang selama ini hanya saya kenal melalui dunia digital Prof. Imam Robandi, seorang guru besar ITS yang fenomenal. Dua sahabat saya turut serta dalam perjalanan ini: satu dari Tangerang Selatan dan satu lagi dari Jakarta, yang kini berdomisili di Republik Ceko. Kami bertiga sepakat mengunjungi beliau, seorang penulis buku Change and Movement yang relevan dengan misi kami dalam pendidikan lingkungan berkualitas di sekolah.

Pukul 07.30, kami sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta. Meski jarak kami berbeda-beda, tak satu pun dari kami terlambat, mengingat pentingnya pertemuan ini. Sambil menunggu panggilan penerbangan Citilink, saya mengirim pesan kepada Prof. Imam untuk mengabarkan keberangkatan kami. Ada rasa khawatir di hati saya mengingat padatnya aktivitas beliau, meski kami sudah menjadwalkan pertemuan ini sepekan sebelumnya, pada 19 Januari 2025. Saat itu, dalam sebuah rapat evaluasi tentang konservasi hutan yang melibatkan sekolah-sekolah, kami merasa perlu mendapatkan masukan dari seseorang yang benar-benar paham pendidikan, baik secara konsep maupun praktik. Buku Change and Movement karya Prof. Imam menjadi alasan utama kami ingin bertemu.

Sekitar pukul sembilan pagi, kami mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Sahabat saya yang berasal dari Ceko sempat berkomentar bahwa bandara ini terasa lebih luas dibanding kunjungan terakhirnya. Tawa kecil menyambutnya, sebab ini kali pertama saya ke Bandara Juanda. Namun, rasa cemas kembali muncul saat pesan saya kepada Prof. Imam belum dibalas. Bayangan kegagalan menemui beliau menghantui saya. Setelah beberapa kali mencoba menelepon, akhirnya beliau merespons dan meminta kami langsung menuju Soto Cak Har di kawasan MERR (Middle East Ring Road), Surabaya.

Kami tiba di Soto Cak Har, sebuah tempat kuliner yang terkenal di Surabaya. Tempat itu penuh sesak, baik di area parkir maupun di dalam restoran. Meskipun sahabat dari Tangerang Selatan mengusulkan untuk pindah lokasi, saya bersikeras bahwa ini adalah pilihan Prof. Imam. Setelah berhasil mendapatkan tempat di ruang ber-AC, kami memesan soto dan menikmati kudapan lokal. Tak lama, Prof. Imam mengabari bahwa beliau tidak dapat masuk ke parkiran karena penuh. Beliau menawarkan untuk pindah lokasi, dan kami setuju. Makanan yang telah kami pesan pun kami bungkus.

Prof. Imam sendiri yang menjemput kami dengan mobilnya. Sosok beliau yang sederhana namun penuh kharisma membuat saya terdiam, sementara kedua sahabat saya segera terlibat percakapan hangat dengannya. Dalam perjalanan, tanpa kami menyampaikan maksud kedatangan kami, Prof. Imam seperti sudah memahami. Beliau membawa kami ke kompleks pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah di Pucang. Kami terpukau oleh bangunan megah dan papan-papan pengumuman yang memajang prestasi para siswa. Buku Change and Movement seakan hidup di depan mata kami, menjadi bukti nyata dari komitmen Prof. Imam terhadap pendidikan.

Selanjutnya, kami diajak menikmati kuliner di Depot Soto Tapak Siring, sebuah tempat makan sederhana dengan suasana tradisional. Tungku api di dapur yang masih menggunakan kayu bakar memberikan kesan unik dan sarat nilai. 

Melihat keunikan mengunakan kayu bakar(Sumber: Foto Pribadi)
Melihat keunikan mengunakan kayu bakar(Sumber: Foto Pribadi)

Prof. Imam tampaknya ingin mengajarkan kami lebih dari sekadar mencicipi hidangan, melainkan juga memahami nilai-nilai lokal yang melekat di tempat ini. Soto Tapak Siring begitu lezat hingga sahabat saya dari Ceko memesan tambahan.

Setelah menyantab Soto di Depot Soto Tapak Siring(Sumber:  Foto Pribadi)
Setelah menyantab Soto di Depot Soto Tapak Siring(Sumber:  Foto Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun