Mereka pun kembali bersatu, menyelesaikan jembatan dengan semangat baru. Namun, pada saat ujicoba sehari sebelum perlombaan, jembatan tersebut roboh karena ada kesalahan dalam perhitungan beban. Mereka sempat merasa kecewa dan hampir menyerah.
Namun, Joko berkata dengan semangat, "Kita tidak boleh menyerah! Mari kita perbaiki bersama. Kita pasti bisa."
Saiful pun segera memperbaiki desainnya dengan perhitungan yang lebih matang, sementara Udin dan Joko membantu memperkuat struktur jembatan dengan bahan tambahan yang mereka temukan di sekitar.
Pada hari perlombaan, jembatan mini buatan mereka akhirnya berhasil menarik perhatian para juri. Desainnya yang unik dan kokoh membuat mereka berhasil meraih juara pertama. Mereka pun membawa pulang sepeda baru dengan bangga.
Setelah perlombaan, banyak warga desa yang memuji kekompakan mereka. Bahkan, kepala desa mengundang mereka untuk berbagi pengalaman dalam acara gotong royong desa minggu depan.
Saiful yang terkenal cerdas mulai berpikir untuk mengajak teman-teman lain membuat klub kreatif. "Bagaimana kalau kita buat klub penemu muda? Kita bisa belajar hal baru dan seru bersama!"
Udin setuju dengan antusias, "Wah, ide bagus! Aku bisa mengurus bagian dekorasi dan hiburan, biar kegiatan kita nggak membosankan."
Joko yang biasanya pendiam pun menambahkan, "Aku bisa bantu dalam hal perencanaan dan pengumpulan bahan. Mari kita ajak teman-teman lain supaya makin seru."
Dalam waktu seminggu, klub tersebut pun terbentuk dengan nama "Jembatan Kreatif". Anggotanya terdiri dari anak-anak desa yang tertarik pada berbagai proyek kreatif.
Dengan klub tersebut, persahabatan mereka semakin erat. Mereka tak hanya belajar bekerja sama, tetapi juga mengajarkan pentingnya saling menghargai ide dan kontribusi setiap orang.
Akhirnya, jembatan mini itu tidak hanya menjadi simbol kemenangan, tetapi juga lambang persahabatan yang kokoh dan abadi di antara Udin, Joko, dan Saiful.