Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Narsistik Personality Disorder: Ketika Dunia Berputar di Sekitarku

6 Januari 2025   20:15 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Pernah nggak sih, kamu bertemu seseorang yang begitu yakin kalau dunia ini dibuat hanya untuk mereka? Seseorang yang kalau selfie hasilnya selalu kelihatan seperti foto katalog majalah, padahal kameranya HP jadul? Nah, selamat datang di dunia Narsistik Personality Disorder (NPD), alias kepribadian "Aku adalah pusat tata surya." Tapi tenang, artikel ini bukan buat menghakimi, cuma buat kita ketawa sambil belajar.

NPD itu kayak drama series yang nggak ada habisnya. Pengidapnya sering merasa super istimewa, seperti bintang utama film Hollywood, meski kenyataannya baru jadi cameo di hidup orang lain. "Aku nggak cuma penting, aku adalah yang TER-penting," begitulah kira-kira suara hati mereka (atau mungkin suara keras di kepala mereka).

Tapi jangan salah paham dulu. Ini bukan cuma soal kepercayaan diri. Orang dengan NPD biasanya butuh pujian sebanyak tanaman butuh air. Kalau nggak dipuji, mereka bisa kering kerontang, seperti kaktus yang lupa disiram di gurun.

Mereka juga jago bikin cerita hidup yang epik. Misalnya, mereka yakin kalau berhasil negosiasi diskon 10% di warung itu setara dengan memenangkan penghargaan Nobel Ekonomi. Hebat kan? Tapi di balik layar, mereka sering kali rapuh. Satu komentar negatif aja bisa bikin mereka merenung kayak lagi baca novel tragedi.

Mungkin kamu berpikir, "Wah, ini kok kayak teman si A banget ya?" Eits, tunggu dulu! NPD itu bukan sekadar sifat sombong biasa. Ini gangguan psikologis yang serius. Jadi, jangan buru-buru mendiagnosis temanmu hanya karena dia suka update story tentang kopi mahalnya.

Para ahli percaya bahwa NPD ini punya akar di masa kecil. Mungkin mereka dulu nggak dapat cukup perhatian, atau malah dapat terlalu banyak. Hasilnya? Mereka tumbuh dengan keinginan besar untuk jadi sorotan, seperti lampu sorot di konser besar. Bedanya, konser ini seringkali cuma ada di kepala mereka sendiri.

Ciri-ciri NPD itu beragam, mulai dari rasa superior, kurang empati, hingga kebiasaan membesar-besarkan hal kecil. Contohnya, kalau mereka bikin mie instan yang nggak terlalu asin, mereka bakal cerita ke semua orang seolah-olah berhasil menciptakan resep ramen Michelin Star.

Tapi hidup dengan NPD itu nggak selalu menyenangkan, lho. Mereka sering merasa kosong di dalam, seperti bungkus snack yang udah habis tapi masih kita coba intip karena berharap ada sisa remah-remah. Makanya, mereka butuh terapi dan dukungan untuk menyadari bahwa dunia nggak selalu harus berputar di sekitar mereka.

Kalau kamu punya teman atau kenalan yang punya tanda-tanda NPD, jangan buru-buru nge-judge. Cobalah bersikap ramah tapi tegas. Ingatkan mereka bahwa meskipun selfie mereka keren, nggak semua orang harus jadi fans berat mereka. Kadang, kita cuma butuh ngobrol santai tanpa ada drama "aku" yang mendominasi.

Akhir kata, NPD mungkin terdengar seperti bahan komedi yang lucu, tapi ini tetap masalah yang serius. Kita semua punya sisi narsistik kecil dalam diri kita (ya, termasuk kamu yang rajin cek jumlah likes di Instagram). Tapi selama kita masih bisa ketawa bareng dan nggak lupa peduli sama orang lain, dunia ini nggak akan berubah jadi panggung pribadi yang membosankan. Cheers untuk keseimbangan hidup!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun