Terdampar ditepi luka yang hampir membusuk. Ya itulah yang ku alalmi 2 tahun lalu. terkoya - koyak oleh janji dan suara manis seorang pria. tersungkur kedalam cinta palsu yang dipamerkan olehnya. aku mempercayainya dan begitu memujanya. sampai pada saat ku memandangi pengkhianatan keji.
Aku tak pernah menyangka akan terlempar begitu kencang oleh cinta. hatiku remuk tak berbentuk. dia menghempaskan hatiku oleh orang yang telah lama kuyakini ketulusannya. dia berkhianat bersama seorang yang selama ini juga kuyakini akan cintanya sebagai sahabat. Hampir tak sanggup lagi untuk menyentuh cinta namanya. aku tak mau kembali berkomitmen dan bercinta dengan siapapun. hati ini begitu mati rasa, dan perih seakan tersiram air dosa. Tuhan ini tak adil untukku!. "Inilah yang kukatakan saat ku benar - benar terpendam kehancuran. Sampai dengan datangnya sebuah cahaya yang berawal redup dihadapanku. dia mengetahui bagaimana kehancuranku, dan tetap ingin membantuku memulihkan hati ini. tak mengendurkan kesabaran dalam menghadapiku yang gila karena masa lalu. aku hampir mati rasa. Laun waktu berjalan, menyinari lebih cahaya yang redup itu. membantuku untuk bangkit dalam pendaman tangis. ku mulai melengkungkan bibir ku padanya. dan ku mulai kembali menjenjangkan kepalaku didepan pria dan wanita 2 tahun laluku itu. Aku mulai menerima kembali cinta dalam hidupku meskipun tak penuh. mulai bisa tersenyum dengan komitmen. Ya, Tuhan menyampaikan orang itu, untuk membuatku mengalami segalanya. pengkhianatan dan kehancuran. dan kembali membuka gerbang cinta dalam hati. Terima kasih Mars!!!! Kau memulihkan ku dengan segala sinar cintamu yang tanpa janji. Me = _SW_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H