Jalan-jalan menyenangkan tidaklah harus jauh dan ditempat-tempat yang wah. Bahkan dengan mengunjungi tempat-tempat sederhana saja sudah cukup buat mencuci mata yang sudah kotor oleh pemandangan yang itu-itu saja.
Bukan main girangnya teman saya saat mendengar saya akan mengajaknya mengunjungi pantai-pantai di pesisir selatan Yogyakarta dan sekitarnya. Sambutan meriahnya langsung ditujukannya buat saya ketika saya memberi kabar akan berangkat jalan-jalan keesokan harinya. Dia sempat terkejut mendengar saya menawari lima pantai yang akan kami kunjungi dalam satu hari. Lima pantai yang kami maksud adalah pantai Parangtritis (Bantul, Yogyakarta), pantai Depok (Bantul, Yogyakarta), pantai Glagah (Kulon Progo, Yogyakarta), pantai Jatimalang (Purworejo, Jawa Tengah) dan pantai Kaburuhan (Purworejo, Jawa Tengah).
Pantai-pantai yang kami kunjungi memang belum termasyur dalam kategori objek wisata kecuali Paris alias Parangtritis. Di Paris lah pantai yang pertama kami kunjungi. Dengan berangkat habis subuh atau tepatnya pukul 04.30 dari Terban (Kota Yogyakarta), kami bermaksud mengejar matahari terbit di Paris.
Kami pengen mengabadikan momen itu disana. Tapi kami terkejut ketika apa yang kami harapkan ternyata di luar dugaan.
Di Paris matahari terbit di balik tebing sebelah Timur. Alhasil pemandangan sunrise itu terhalang oleh tebing. Padahal, tadinya kami berpikir matahari akan tampak setidaknya di perairan Paris sebelah timur. Saat kami berhasil melihat matahari, ternyata mataharinya sudah cukup tinggi di atas tebing itu. Mau gak mau kami hanya menikmati suasana udara pagi yang cukup bergaram di pantai Parangtritis.
Hampir pukul setengah delapan pagi perut kami belum terisi, dan kini gilaran si perut mengeluarkan teriakan-teriakan mautnya. Kami bergegas mencari sarapan pagi di jalan, sehingga niat ke pantai Depok pun kami lewati. Kami teruskan perjalanan menuju tujuan berikutnya yakni pantai Glagah dan akan mencari makan di sepanjang perjalanan menuju kesana.
Ditengah tengah perjalanan, kami tergoda untuk belok ke arah Pantai Trisik (Kulon Progo, Yogyakarta). Kami berdua penasaran karena memang belum pernah kesana sebelumnya. Akhirnya kami membelokkan kendaraan kami ke arah pantai Trisik.
Sampai di Trisik kami kesepian. Tidak ada pengunjung lain yang datang. Entah karena masih pagi atau mungkin pantai itu memang tidak banyak diminati pengunjung. Bahkan saat masuk ke kawasan itu tidak ada pungutan TPR, tidak ada tempat parkir juga tidak ada penjual.
Sangat besar kemungkinan sedikitnya pengunjung yang mampir kesana dikarenakan akses menuju kesana kurang mendapat perhatian. Misalnya saja jalan menuju kesana kurang lebar, layaknya gang-gang kelas perkampungan. Mungkin dengan sedikit pembangunan akses menuju kesana, juga pembangunan objek yang menarik minat pengunjung seperti museum bahari atau TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan sedikit usaha promosi ke media, Pantai Trisik ini akan mendatangkan banyak wisatawan.
[caption id="attachment_106038" align="alignleft" width="224" caption="aktivitas di Trisik (dok. pribadi nanung)"][/caption]
Menurut kami pantai Trisik cukup bagus. Masih alami dan belum banyak-bangunan bangunan yang mengurangi keindahan pemandangannya. Walau tampak kotor setidaknya itu bukan sampah-sampah semacam plastik. Sampah-sampah yang tampak hanyalah seresah daun atau potongan ranting yang tak sempat terbawa ombak menuju ke samudra.
Pantai Trisik berpasir hitam agak kasar. Anginnya cukup segar menunjukkan belum banyak terkontaminasi oleh polutan. Tepian pantainya agak sempit dan tak jauh dari tepian tersebut sudah dijadikan sebagai areal pertanian. Saat ini areal tersebut ditanami cabai. Dan disebelahnya ada tanaman buah naga yang berjajar rapi.
Hanya sekitar 15 menit kami melihat lihat sekeliling pantai Trisik, kemudian langsung melanjutkan perjalanan kami menuju Glagah. Weits...rupanya kami harus mengisi perut yang sempat tertunda lagi. Sudah setengah sepuluh dan tidak lagi layak sebagai sarapan pagi. Akhirnya kami makan di warung kecil di perempatan gang terakhir menuju glagah. Sepiring nasi sayur dengan lauk ayam goreng dan segelas es jeruk mengisi perut kami yang kosong.
Sampai di Pantai Glagah matahari sudah cukup terik. Tapi pemandangan yang menggoda itu tak menciutkan nyali kami untuk merambah pantai meskipun panasnya luar biasa. Dengan berbekal payung mungil kami berjalan menuju ke pantai.
[caption id="attachment_106007" align="alignright" width="300" caption="laguna di pantai Glagah (dok. pribadi arrum)"][/caption]
Pantai glagah ternyata sudah dibangun sebagai tempat wisata yang cukup menarik. Dermaga Wisata Glagah adalah nama objek wisata pantai glagah yang diperkenalkan kepada khalayak. Hmmm...gak kecewa deh kalau masuk kesana.
Saya pribadi saat itu hanya tertarik bermain-main air di bagian lagunanya (laguna = semacam danau ditepian pantai) saja. Disana ada perahu-perahu bermesin diesel yang disewakan buat pengunjung. Tapi saya sedang tidak ingin menghabiskan uang saku untuk menyewa perahu dan mengelilingi laguna, hahaha... cukup bagi saya berfoto-foto di atas perahu.
Satu kata buat pantai Glagah - "cool".
Perjalanan kami belum usai, hampir satu setengah jam di pantai Glagah membuat kami harus bergegas menuju ke tampat lain. Kami langsung menuju ke arah barat - Purworejo, untuk mengunjungi tujuan kami berikutnya pantai Jatimalang dan Kaburuhan.
Sampai di Purworejo kami berubah pikiran. Kami berbelok ke arah alun-alun Purworejo mermaksud mencari es degan. Dan kami memutuskan akan ke Pantai Jatimalang agak sore untuk melihat sunset. Sedangkan pantai Kaburuhan kami delete dari item list.
Dan benar, kami ke alun-alun di tengah hari yang panas. Wuih... es degan siap menanti. Tapi apa yang kami dapat, segelas dawet ireng khas Purworejo. Dawet ireng itu ternyata rasanya manis dan gurih. Santan yang agak asin dipadu dengan gula merah menambah lezatnya dawet ireng itu. Hmmm...es degannya mungkin bisa dicari di tempat lain...heheheheh...
Bagian terakhir dari perjalan kami adalah melihat sunset di pantai Jatimalang. Pantai tersebut letaknya sekitar satu setengah kilo dari jalan Daendels. Pokoknya kalau jalan dari arah Jogja lewat jalan Bantul kemudian belok kanan saat menemui perempatan Palbapang lurus terus ikuti jalan itu dan sampai nemu jalan Daendels. Kalau dah ketemu tinggal ikuti aja sampai nemu plank bertulisakan Pantai Jatimalang. Lalu belok kiri dan satu setengah kilometer kemudian sampai akan di kawasan pantai Jatimalang.
Bagi saya pantai Jatimalang sudah tidak asig lagi, karena saya memang sering kesana. Luyaman menarik, dan sudah cukup banyak pengunjung yang mengenal kawasan itu walau mungkin cuma wisatawan lokal. Ada banyak hal yang bisa dilakukan disana. Selain bermain ombak dan pasir tentunya bisa memancing, mencari undur undur,membeli ikan di TPI dan juga mencicipi seafood di warung-warung makan yang ada disana.
Bicara sunset di Jatimalang, sunset sore itu luar biasa elok. Tidak sedang mendung dan didukung oleh suasana yang tidak terlalu ramai. Jadi kami cukup menikmati sore itu dengan hati yang gembira, terutama bagi teman saya ini yang baru pertama kali menginjakkan kaki di pesisir selatan Yogyakarta dan Purworejo.
Waktunya kami harus mengakhiri perjalanan kami dan kembali menuju Yogyakarta. Satu setengah jam perjalanan sampai juga di Jakal alias Jalan Kaliurang Yogyakarta. Perjalanan berakhir di warung Spesial Sambal dengan menu-menu yang serba pedas. Hm...perjalanan yang sederhana tapi menyenangkan.
[gambar: dok. pribadi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H