Mohon tunggu...
Arr Royhanah
Arr Royhanah Mohon Tunggu... -

Experience is the best teacher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jujur Tidak Pernah Nitip Presensi

24 Januari 2014   17:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur adalah segala-galanya dalam hidup. Sikap bohong sejatinya adalah sikap membohongi diri sendiri.Dan ingat, satu kebohongan berikutnya. Jika tidak berangkat kuliah, biarkan lembar presenmu kosong, tidak perlu minta teman untuk menanda tangani.

Mengapa?

Jika saja kamu nitip presensi, dan ternyata presensi memang dijadikan salah satu dasar bagi dosen untuk memberikan penilaian akhir, maka nilai yang kamu dapat ada unsur kebohongannya, ada unsur haram. Sedangkan transkip nilai biasanya dijadikan syarat penerimaan kerja. Jika transkip yang ada unsure kebohongannya itu kamu ajukan, dan akhirnya kamu diterima, lalu mendapat gaji. Maka, suka tidak suka, mengakui atau tidak, ada unsur haram dalam uang/ gaji yang kamu terima.

Apalagi jika uang itu dinafkahkan kepada anak-anak istri kamu. Saya tidak dapat membayangkan kehidupan/ keluarga seperti apa yang akan terbentuk jika ditegakkan oleh rezeki yang tidak halal, maka berhati-hatilah. Sebagaimana kejujuran, kebohongan itu akan dimintai pertanggung jawabannya. Kalau tidak di dunia ya di akhirat kelak.

Kebohongan adalah salah satu bentuk bibit pencurian. Jika kamu berbohong, tidak mengikuti kuliah tapi kok tanda tangan presensi, itu artinya kamu telah membohongi tiga pihak. Pertama Tuhan, kedua dosen, ketiga diri kamu sendiri. Bahkan dapat saya tambahkan, keempat orang tua. Sangat mungkin, kalau itu kamu lakukan terus menerus, maka ia akan menjadi ingatan bawah sadar. Bisa terbawa ke dunia kerja, keluarga, dan pergaulan sosial kamu. Jika kelak memegang kekuasaan baik legislatif atau eksekutif bisa-bisa kamu akan ditangkap KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ).

Jalan terbaik ketika terjebak dalam situasi demikian adalah segera berpaling dari teman-teman yang seperti itu. Cari teman lain, yang baik masih banyak kok. Kamu harus berani mengatakan “TIDAK’’ untuk ajakan-ajakan yang tidak baik, khususnya soal dengkulan tanda tangan presensi.

Tips agar bisa mengatakan “TIDAK.” Pertama, belajar tidak bicara untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya buat hidupmu. Tidak melakukan hal-hal yang tidak produktif. Karena itu bisa menjadi kebiasaan buruk, dan tanpa sadar kamu pun menikmatinya.

Kedua, berani mengambil resiko ketika mengatakan tidak/ menolak. Jangan takut kalau orang lain marah atau tersingsung. Justru keberanian dan kejujuran itu untuk kebaikan kamu dan orang lan.

Ketiga, kamu harus ingat bahwa gampang berjanji termasuk kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk harus dilawan dengan perjuangan, dan setiap perjuangan memang harus ada harganya. Memang ada perasaan tidak enak, takut mengecewakan orang lain dan sebagainya.

Keempat, bernani melakukan sesuatu yang antagonis. Pilihlah ya atau tidak, daripada kamu ditengah-tengah alias tidak memilih. Karena tidak memilih sebenarnya juga sebuah pilihan.

Kelima, jangan percaya pada kebenaran palsu yang menyatakan bahwa ingkar janji atau bohong, kalau satu-dua kali tidak mengapa. Karena kamu tidak tahu seberapa besar bahaya atau akibat ingkar janji tersebut buat diri dan orang lain.

Jujur sangat penting kedudukannya dalam konteks peranmu menjadi mahasiswa sebagai agen perubahan ( agent of change). Secara naluriah, hati nurani kamu pasti dilanda perasaan tidak enak, merasa berdosa, dan sebagainya ketika berbohong. Jika bohong itu dilakukan terus-menerus, maka bisa-bisa hatimu bisa kebas ketika melakukan kebohongan. Tidak bisa lagi membedakan mana perbuatan baik, mana perbuatan tercela.

Percaya deh sama saya,jika kamu sering berbohong, kamu tidak bakal mempunyai keberanian dan kekuatan untuk menganjukan kebaikan dan mencegah pelanggaran. Jika ternyata meskipun sering berbohong, tapi kamu masih bisa menasehati atau mengkritik orang lain, maka bisa saya pastikan split personality ( kepribadian ganda ) telah menghampiri hidupmu.

Dalam bahasa yang mudah, split personality disebut sebagai munafik/ hiprokrit. Ciri umum orang munafik adalah jika bicara bohong, jika janji ingkar, jika diberikan kepercayaan khianat. Nah, nitip tanda tangan presensi masuk kategori khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan orang tua dan dosen terhadap dirimu.

Jangan pernah percaya kalau ada yang mengatakan jujur hancur. Justru sebaliknya, dengan jujur kamu akan mujur, selalu bernasib baik. Mengapa? Karena jujur akan membawa kepada kebaikan. Begitu kamu ketahuan dosen atau temanmu yang jujur kalau ternyata kamu sering nitip tanda tangan presensi, kamu tidak akan dipercaya lagi. Jika kamu tidak jujur, orang tidak hormat. Jika kamu tidak jujur, orang akan takut dekat denganmu, khawatir menjadi korban kebohonganmu.

Lantas bagaimana caranya membiasakan diri bersikap jujur? Mudah saja, jadilah dirimu sendiri. Tidak usah meniru-niru orang lain yang menyebabkan kamu harus berbohong. Bertemanlah dengan orang-orang yang jujur dalam sikap kesehariannya.

Jadi, andai nilai kuliahmu jelek lantaran kejujuran yang kamu perbuat, jelek itu dalam pandangan Allah jauh lebih baik, ketimbang mereka yang nilanya baik tapi diperoleh dengan cara berbohong. Tentu idealnya nilai bagus, dan di dapat melaui cara-cara yang jujur. Untuk itu kamu tidak perlu risau dengan komentar orang lain. Puncak dosa adalah bohong, camkan itu. Berbohong termasuk dosa besar karena tergolong perbuatan yang mendurhakai orang tua. Akhir dari kebohongan adalah kehinaan dan kesengsaraan.Kalau tidak di dunia ya sssssdi akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun