Mohon tunggu...
Arr Royhanah
Arr Royhanah Mohon Tunggu... -

Experience is the best teacher

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Optimis untuk Berani Kaya

5 Februari 2014   09:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘’ Saya harus kaya agar bisa membantu banyak orang. Saya harus kaya agar menjadi pribadi yang bersyukur. Saya harus kaya agar lebih banyak memberikan manfaat dalam hidup ini’’.

Mental Kaya

Sikap mental orang yang berani kaya beda dengan orang yang ingin tetap miskin. Sikap mental berani kaya akan menjadikan seseorang lebih maju hidupnya karena ada tantangan-tantangan yang akan ia hadapi. Sebaliknya, kalau sama sekali tidak memiliki keinginan untuk kaya, mudah menjadi pribadi yang pemalas. Selain itu mudah berpuas diri dengan apa yang telah dicapainya.

Kalau ada yang berkata “Saya tidak ingin kaya karena takut menjadi sombong’’, manusia semacam ini adalah manusia yang salah kaprah. Pernyataan seperti itu perlu ditinjau ulang.

Namun, ketika kekayaan itu dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama, bukankah itu mulia? Ketika kekayaan itu lebih memudahkan kita membantu orang-orang yang kekurangan, bukankah itu menjadi amal solih? Kekayaan juga menjadikan kita tidak akan dihina orang. Luqman pernah berpesan kepada anaknya : “ Wahai anakku, perhatikanlah mata pencaharian yang halal. Karena jika seseorang menjadi miskin maka dia bisa terkena salah satu dari tiga perkara. Kelemahan dalam agamanya, kelemahan dalam akalnya, dan kepribadiannya menurun. Yang lebih besar dari tiga perkara ini adalah adanya orang lain yang menganggap remeh terhadap dirinya.

Semangat dalam Bekerja

Mental berani kaya akan menjadikanmu lebih bersemangat dalam bekerja. Semangat itu pastinya juga akan lebih melesatkan potensi dirimu. Orang yang memiliki tekad dan semangat menyala-nyala, pada umumnya sanggup bekerja terus menerus dan membanting tualang sampai pada tingkat yang sukar dicapai oleh orang-orang malas dan tidak bersemangat.

Lebih baik bermental kaya alias memiliki keinginan untuk menjadi orang kaya agar tumbuh semangat bekerja daripada bermental miskin dengan alasan agar tidak sombong.

BanyakTeman

Impian dan tekad untuk kaya akan menjadikanmu lebih semangat dalam bekerja, lebih bergairah dalam menjemput rezeki-Nya. Bertekatlah untuk memiliki kekayaan agar engkau memiliki banyak banyak teman. Bukankah bila ada kekayaan, akan mudah untuk menjamu orang-orang miskin, mengumpulkan para anak yatim dan mendanai biaya hidup, bahkan pendidikan mereka? Juga membangun masjid, pesatren, bahkan rumah sakit untuk orang-orang miskin sesuai keinginan kita.

Tiada yang salah dengan kekayaan, yang salah adalah ketika kekayaan itu tidak dimanfaatkan di jalan kebaikan.

Sirkulasi Manfaat

Memiliki kekayaan akan memudahkan adanya sirkulasi manfaat, insya Allah lebih mudah membantu dan memberikan pertolongan ketika kondisi kita kaya daripada kondisi kita miskin dan tidak berharta. Ibaratnya, kalau hendak memeberikan rambutan, syaratnya adalah memiliki rambutan.

Bukankah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima saja, yakni ibadah haji, diperlukan harta yang cukup? Kalau tidak memiliki harta, bagaimana bisa menunaikan? Okelah kalau ada yang berkeyakinan: “ Kalau Alloh sudah waktunya memanggil ke tanah suci, nanti Alloh yang akan menunjukkan jalannya”. Lantas, apakah kemudian engkau berdiam diri di rumah, tawakkal dan berharap ketika membuka pintu ada satu bundel tiket ONH ( Ongkos Naik Haji )lengkap dengan pasportnya? Sungguh tawakkal yang kurang tepat.

Jadi, bila ingin menunaikan ibadah haji, syariatnya juga harus dipenuhi, yaitu mendaftar dan setelah itu baru tawakkal. Karena jangankan yang belum mendaftar, yang sudah mendaftar pun kadang tidak jadi berangkat. Entah kesalahan teknis pengurusan administrasinya, kesehatan yang terganggu, bahkan ada pula yang meninggal sebelum diberangkatkan. Itu semua adalah rahasia Allah. Jadi, ikhtiar harus kau sempurnakan terlebih dulu, baru kemudian bertawakkal.

Demikian pula ketika Islam membutuhkan, memiliki kekayaan akan lebih memberi manfaat. Kekayaan bisa menjadi kekuatan pendukung. Betapa menggembirakannya tatkala ada permohonan sumbangan yang sifatnya sosial keagamaan, kita laksana kran yang menyimpan air. Siapa pun yang datang, kita bisa memberikannya. Bahkan, bukankah di antara satu amalan yang akan terus mengalir pahalanya, adalah sedekah jariyah?

Bila kita jadi orang kaya, bukankah lebih mudah mencari tawah wakaf kemudian kita dirikan masjid, pesantren, panti asuhan, rumah sakit atau apa pun yang senantiasa bermanfaat bagi umat? Sahabatku yang dicintai Allah, saya tidak ingin mengajakmu berkhayal terlalu jauh. Bukan! Namun, engkau perlu ingat bahwa semua orang hebat awalnya adalah pemimpi. Ya, orang-orang sukses itu pada awalnya memang para pemimpi. Jadi, tetaplah dalam hati, “ Saya harus kaya agar bisa memberikan manfaat tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat”. Di dunia ini meringankan beban orang lain, di akhirat menerima investasi amal salih. Bukankah itu sebuah kebahagiaan? Kalau impianmu menjadi kenyataan, engkau menjadi orang kaya sungguhan, tunaikanlah apa yang bisa memberikan manfaat buat dunia dan akhiratmu.

Kita harus kaya, kalau perlu jangan berpuas diri ketika memiliki satu rumah. Segera bikin lagi rumah-rumah yang lain untuk menampung orang-orang miskin, orang-orang yang membutuhkan, agar menjadi bekal kita di akhirat. Memiliki motor satu, jangan berpuas diri. Berusahalah agar memiliki lagi, lagi dan lagi kemudian memanfaatkan untuk kepentingan sisial. Demikian pula ketika memiliki mobil, jangan berpuas diri. Teruslah berikhtiar agar memiliki lagi agar nanti bisa dimanfaatkan untuk kegiatan sosial, seperti mengantar orang sakit, mengantar rombongan pengajian dan lain sebagainya. Jadikanlah kekayaanmu sebagai sirkulasi manfaat yang sebanyak-banyaknya untuk sesama umat manusia. Itulah kebahagiaan yang sebenarnya. Kalaupun tidak menjadi orang kaya, setidaknya pahala niat insya Allah tetap kau dapatkan.

Terimakasih…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun