Dia menghunus pedang bara, ditusukkan di relung hati
Asap kedengkian yang mengepul, ia tiup ke ubun-ubun
Panas yang menyengat sangat, membakar telinga Â
Kiri merah membara, kanan merah menyala Â
Dia menerjang dan menendang dada yang bergemuruh
Tangannya yang lembut, kasar sangat menampar jiwa
Membanting keinginan, menggigilkan angan
Meremas kertas-kertas harapan, dilempar-lempar berantakanÂ
Dia merebut pena kebebasan, dinding-dinding ruang
Dicoretnya tak beraturan, melingkar dan menyilang
Pena yang direbutnya, dilempar ke lantai sekuat tenaga
Lantas diinjaknya tertekuk, remuk tak berbentuk Â
Dia membawa gelap dan kalap keadaan
Lampu terang pecah, dihantam tongkat kejengkelan
Gelap ruang angan, tak lagi mampu meraba
Dinding-dinding karya sastra menghitam, kelam dan suram
Dia datang berselimut sutera duniawi
Menunjuk-nunjuk dengan tangan kiri
Kertas-kertas harapan yang berantakan, ia caci maki
Kamar yang gelap, ditutup kencang sangat
Blammmm!!!! Karya Sastra Terpenjara di Hati Ini
NKRI, 02:01 WIB - 23 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H