Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Guru dari Paris van Java, Konsisten Berbagi Angka-Angka di Kompasiana

13 Oktober 2024   14:55 Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:06 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai guru yang malang melintang di dunia pengajaran dan pendidikan, sepantasnya pena ini menuliskan sosok inspiratif seorang guru dari Paris van Java.

Penulis tak hendak mengulik lebih dalam asal dan muasal julukan Paris van Java. Silahkan cari di berbagai sumber media, apa dan mengapa ada Paris van Java.

Lantas, siapa sosok guru dari Paris van Java ini? Namanya cukup familier, Yuli Anita. Seorang guru yang tak lelah untuk terus belajar sesuai dengan moto di profilnya "Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar".

Bu Yuli, biasa penulis panggil di dunia maya. Sosok guru yang tidak pelit ilmu. Khsususnya ilmu tentang membelajarkan matematika yang menyenangkan.

Mendengar kata "matematika" pasti sebagian besar kita yang pernah mengenyam "empuknya" kursi sekolah akan sedikit banyak bergidik. Maklum, matematika banyak di cap sebagai mata pelajaran yang bikin pusing dunia anak.

Bukan hanya anak yang dibikin pusing, orang tuapun juga ikut puyeng manakala dihadapkan pada pekerjaan rumah dan diminta oleh anaknya untuk ikut membantu mengerjakan.

Tanggapan anak dan orang tua terhadap mata pelajaran matematika sangat bervariasi, tergantung pada pengalaman individu.

Beberapa anak merasa matematika menantang dan menakutkan karena konsepnya dianggap sulit atau abstrak. Mereka mungkin merasa stres saat menghadapi ujian atau tugas, terutama jika mereka kesulitan memahami materi.

Demikian juga dengan orang tua yang merasa kesulitan membantu anak-anak mereka dalam matematika karena mereka sendiri mungkin tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang subjek tersebut.

Alhasil, mata pelajaran matematika menjadi momok bagi sebagian besar anak dan orang tua. Hal ini bisa menjadi salah satu indikasi alasan orang tua menolak guru memberikan anak beban pekerjaan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun