Kau, pernah menjelma kabut
Saat kabur menari dan menari di mata ini
Luka-luka mendunia, seperti retak-retak purnama Bintang-bintang jatuh di serambi angkasa
Kenangan menghimpit perasaan
Rindu, seperti gelombang dan pasang surut lautan
Duniaku hampir selalu hilang warna
Sepiku berteriak, menyayat nadi, menggema di hati
Ah, rindu ini takkan berkesudahan, abadi selamanya
Di ujung malam, Kau adalah mimpiku yang sempurna
Kenangan menghimpit perasaan
Rindu, seperti gelombang dan pasang surut lautan
Sepiku berteriak, menyayat nadi, menggema di hati
Ah, rindu ini takkan berkesudahan, abadi selamanya
Baca juga: Puisi: Nasi yang Kita Makan
arS, 24/07/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi untuk Romeo
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!