Menulis katanya susah apalagi bagi seorang guru. Seseorang yang diberi amanah untuk mengajar khususnya di sekolah.
Guru adalah pekerjaan profesi. Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian bagaimana cara merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Pada diri guru melekat sebagai sosok pendidik anak-anak bangsa titipan para orang tua.
Tugas guru jelas berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu dinamis. Menjadi keniscayaan untuk dapat ditulis dan dibagikan demi peningkatan kualitas pendidikan dari waktu ke waktu yang lebih baik.
Ruang kolaborasi dan berbagi di komunitas adalah rumah bagi pengembangan diri guru. Membuka peluang menjadi guru penulis. Tentu butuh proses dan tahapan pengembangan untuk membentuk aktualisasi diri dalam dunia kepenulisan yang hakiki.
Menulis bagi guru ibarat bercerita. Menyampaikan apa yang dapat dilihat, apa yang dapat didengar, dan apa yang dapat dirasakan di seputar lingkungan kelas, sekolah, dan lingkungan dunia pendidikan pada umumnya.
Memulai menulis membutuhkan kemauan dan segudang pengetahuan. Lantas, dari mana pengetahuan bagi guru dapat diperoleh untuk menjadi penulis? Ada di lingkungannya dan referensi bacaan dalam bentuk media apapun namanya.
Sebagai guru yang ingin menjadi penulis cobalah banyak membaca buku-buku. Betapa banyak buku yang bisa diserap ilmu dan pengetahuannya untuk dibuat bahan menulis bagi guru.
Datanglah ke perpustakaan sekolah dan di manapun guru berada. Buka dan baca halaman demi halaman buku tentang guru yang inspiratif, lingkungan kelas dan sekolah yang menyenangkan, apakah ada yang bisa dikomparasikan? Pastinya ada dan kembalilah ceritakan dengan tulisan dari sudut pandang seorang guru.
Sebagai contoh, penulis mendapatkan buku berjudul "Kisah Transformasi Pembelajaran di Daerah". Buku ini banyak memberikan inspirasi dari pengalaman guru, kepala sekolah hingga pemerintah daerah seputar transformasi pendidikan.