Pada dasarnya perhelatan olahraga menjadi ajang unjuk diri. Ajang meraih prestasi bergengsi kolaborasi tim ataupun keunggulan fisik dan teknik.
Sepak bola di sebagian besar dunia, adalah olahraga paling populer. Olahraga yang memperlihatkan permainan dua tim untuk berusaha mencetak gol ke gawang lawan dengan mengoper dan mengontrol bola menggunakan kaki.
Sepak bola dimainkan di lapangan dengan ukuran tertentu dan memiliki aturan yang ditetapkan oleh badan pengatur sepak bola dunia, yaitu FIFA (Federation Internationale de Football Association).
Banyak pemain sepak bola yang menjadi ikon global, seperti Pele, Diego Maradona, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar, dan lainnya. Mereka adalah pemain bintang dan bahkan menjelma legenda.
Indonesia di tingkat nasional memiliki sederet pemain yang melegenda. Seperti Iswadi Idris, Ronny Pattinasarany, Fakhri Husaini, Firman Utina hingga Evan Dimas Darmono. Mereka dikenal sebagai pemain gelandang bertalenta.
Sebagai ujung tombak atau penggedor jala lawan, ada nama Soetjipto Soentoro, Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Yulianto, Rochy Putiray, hingga Budi Sudarsono. (Lihat Sumber)
Prestasi mereka di lapangan akan selalu dikenang, seperti mencetak gol spektakuler, membuat assist brilian, dan memenangkan gelar.
Kenyataannya, sepak bola bukan hanya bicara gelar, teknik, skill dan talenta diri. Tak jarang bumbu kecurangan seperti diving, kekerasan fisik, dan bahkan rela menyakiti lawan.
Berbicara kekerasan fisik, jadi teringat kembali pada sosok Doan Van Hau dan Nguyen Hong Phuc. Dua pemain di tim nasional Vietnam yang mempertontonkan kekerasan fisik saat menghadapi lawan.
Aksi barbar yang dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sifatnya kasar dan kejam Doan Van Hau pernah dipertontonkan di sepak bola level Asia Tenggara.