Lingkungan SMP Negeri 1 Sukapura yang masyarakatnya heterogenitas secara agama terdiri dari pemeluk agama Islam, Hindu, dan Kristen. Ketiga agama ini harus difasilitasi secara adil oleh sekolah.
Saat ibadah Salat Duha dan Salat Zuhur bagi penganut agama Islam, mulai dari petugas azan, iqamah, dan imam salat adalah siswa. Begitupun bentuk kegiatan sebelum dan sesudah salat diserahkan ke siswa, apakah diawali dengan selawatan atau membaca Surat Yasin dan kegiatan lainnya. Hal yang sama untuk siswa beragama Hindu dan Kristen mulai dari awal, saat dan sesudah ibadah murid yang menentukan dan memimpin.
Sedangkan di SMP Negeri 1 Kraksaan yang mayoritas beragama Islam, strategi  yang digunakan sama dengan di SMP Negeri 1 Sukapura. Keduanya memberdayakan murid sebagai pemimpin peribadatan. Murid putra dan putri diberikan jatah waktu berbeda saat pelaksanaan ibadah (Sesi I Putri, Sesi II Putra). Inilah hebatnya dan sangat menginspirasi, sebab tidak semua sekolah menempatkan murid untuk berperan sebagai pengisi dan pemimpin dalam peribadatan.
Pemikiran sederhana sebetulnya, tetapi memiliki kebermanfaatan visioner. Menyiapkan sejak dini generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan kegiatan keagamaan di lingkup masyarakatnya kelak.
Kedua, Program Unggulan.
Program unggulan terkait dengan aset sekolah dan masyarakat sekitar, khususnya aset lingkungan dan peran komunitas.
Sekolah sebagai ekosistem terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dikutip dari Modul 3.2 Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai sebuah ekosistem sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup).
SMPN 7 Kota Probolinggo sebagai Sekolah Penggerak, di bawah kepemimpinan bapak Sudarmanto, M. Pd, melihat peluang kewirausahaan sebagai produk unggulan dengan memanfaatkan tanaman sereh/serai. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat sekitar SMPN 7 Kota Probolinggo, tetapi pemanfaatannya sebatas bumbu masak.
Oleh SMPN 7 Kota Probolinggo, tanaman sereh ini diolah menjadi minuman herbal berlabel "Setu" (Sereh SMPN 7 Kota Probolinggo). Proses pengolahan berkolaborasi antara murid dengan orang tua untuk menghindari konotasi "mempekerjakan murid".Â