Pembelajaran berproses secara dinamis. Mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman untuk menumbuhkan dan membuahkan makna kebebasan. Makna yang mudah dan sering diucapkan, namun dalam tataran implementasi masih kerap dipertanyakan.
Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat (ditsmp.kemdikbud.go.id: 2022).
Sejalan dengan kodrat alam dan kodrat manusia serta hakikat manusia merdeka, seharusnya pembelajaran bertumpu pada potensi, bakat dan minat murid. Peran guru sebagai pendesain pembelajaran harus mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid (student centered). Pendidikan harus menghilangkan penyeragaman karena akan mematikan kreativitas anak (kompas.com, 2022).
Bagaimana desain pembelajaran yang memerdekakan murid?Â
Berikut di antaranya yang bisa didesain dan diimplementasikan oleh guru:
Pertama. Berikan kebebasan murid mengeksplorasi dan mengeksploitasi konten pembelajaran. Guru dituntut dapat memodifikasi konten atau bahan pembelajaran sesuai dengan minat murid.
Kurikulum Merdeka memungkinkan guru dan murid untuk memodifikasi konten asalkan tetap dalam koridor capaian dan tujuan pembelajaran.Â
Mendekatkan murid dengan lingkungan dan dinamika kehidupan melalui modifikasi konten/bahan pembelajaran.
Contoh dalam pembelajaran bahasa, murid dibebaskan menggali konten pembelajaran tentang teks prosedur. Guru dapat "menuntun" sesuai teori teks prosedur yang akan disusun murid sesuai minat.Â
Kemerdekaan murid difasilitasi, murid yang senang sastra akan cenderung membuat teks prosedur menyusun puisi (misalnya), yang senang memasak menyusun cara memasak makanan, yang senang matematika menyusun cara menghitung luas ruangan dan lainnya.
Konten pembelajaran mata pelajaran IPS sangat memungkinkan mengangkat isu lingkungan sekitar murid. Contoh agen sosialisasi yang dikaitkan dengan fenomena penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.Â