Misteri pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J) perlahan terkuak. Nama almarhum Brigadir J sempat menghias banyak media sejak kemunculan penyebab berita kematiannya diragukan publik.
Santernya keraguan publik berkat gigihnya pihak keluarga dan pengacara Brigadir J menguak beberapa kejanggalan seputar luka tembak di jasad almarhum. Bahkan ada kesan ingin menutupi dalang dan motif pembunuhan sang calon sarjana hukum.
Keraguan publik akhirnya terjawab. Kematian Brigadir J bukan disebabkan terjadi kontak tembak, tetapi sengaja ditembak hingga terbunuh atas perintah Inspektur Jenderal (Irjen) Ferdy Sambo.
Kepastian kronologi penembakan terhadap Brigadir J hingga terbunuh disampaikan langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Â Memberi harapan terbukanya otak dan motif pembunuhan berencana oleh oknum perwira tinggi di tubuh Polri. (Lihat Sumber)
Keterlibatan Irjen Ferdy Sambo yang menjabat Kadiv Propam Polri pada saat pembunuhan terhadap Brigadir J terjadi, sontak lebih menggemparkan jagat media. Perannya sebagai otak pembunuhan berencana Brigadir J selalu menghias media arus utama dan lainnya.
Alhasil, sepanjang awal bulan Agustus pamor berita antusiasme warga +62 menyambut Dirgahayu RI Ke-77 meredup. Seakan ditenggelamkan drama misteri kematian Brigadir J dengan Irjen Ferdy Sambo sebagai otak pembunuhan berencana.
Bahkan Jakarnaval 2022 yang diikuti Presiden Joko Widodo juga kalah pamor dengan berita Irjen Ferdy Sambo. Cukup panjang dan membuat penasaran publik menguat yang semakin haus akan kebenaran dan keadilan di tanah republik tercinta.
Begitu gemparnya, sehingga berita Ferdy Sambo menghias sebagian besar kanal "Populer" dan "Tren Pekan Ini" di Kompasiana. Mampu juga menggelitik Kompasianer aliran kenthir Engkong Felix untuk ikut mengulik motif ala Ferdy Sambo dari sudut sosiologi berdasarkan teori tindakan sosial Max Weber. (Lihat Sumber)
Namun, tidak semua terpancing dengan "Skenario Menggemaskan ala Ferdy Sambo". Terbukti masih banyak masyarakat, khususnya kelas bawah (grass root) dan menengah (middle class) memberikan perhatian luar biasa untuk merayakan "Kemerdekaan yang Dipertaruhkan dengan Darah, Harta dan Bahkan Nyawa".
Perayaan dalam rangka mengenang sejarah perjuangan bangsa dilakukan dengan cara unik dan kreatif. Salah satunya dengan menggelar pertandingan sepak bola berdaster nan legendaris.