Menarik melihat tarik ulur kekuatan politik menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Saling klaim dan saling jegal tampak akan semakin menghias beranda jagat media di nusantara.
Unjuk kekuatan dengan upaya membentuk koalisi partai menuju Pilpres 2024 mulai menggelinding. Memunculkan beberapa figur yang dianggap layak untuk meneruskan kekuasaan pucuk pimpinan di negeri yang dibangun dari darah dan nyawa para pejuang kemerdekaan.
Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) sebagai lokomotif pemerintahan Presiden Joko Widodo mulai merapatkan barisan. Walaupun ada "letupan" dari dalam berkaitan dengan sosok "Ganjar Pranowo" dan arus dukungan yang mungkin berubah dari kubu "Projo".
Sebagai partai besar dan dibesarkan dari revolusi politik, eksistensi PDI-P di kancah politik Indonesia telah memberi pengaruh besar di lembaga negara. Baik di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Cengkeraman pengaruh politik PDI-P bahkan begitu kuat di lembaga pertahanan dan keamanan negara. Memungkinkan PDI-P memainkan politik pragmatis dalam kondisi apapun dan khususnya menjelang Pemilihan Umum.
Alhasil, PDI-P muncul sebagai kekuatan utama di Pemilu Legislatif 2014 (meraup 18,95% suara) dan 2019 (22,26% suara). Melanggengkan Joko Widodo duduk di Istana Negara selama 2 periode.
Dalam membentuk pemerintahan, mesin politik PDI-P begitu supremasif. Kental mewarnai terbentuknya Kabinet Kerja (2014-2019) dan Kabinet Indonesia Maju (2019-2024).
Saat Kabinet Kerja terbentuk, diisi oleh tokoh partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat. Menduduki 16 kursi, terdiri dari PDI-P (5 menteri), Partai Golkar (2 menteri), Partai NasDem (2 menteri), PKB (4 menteri), PAN (1 menteri), Partai Hanura (1 menteri), dan PPP (1 menteri). (Lihat Sumber)
Terbentuknya Kabinet Indonesia Maju, tokoh dari partai politik Koalisi Indonesia Maju sebagai pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin kembali mengisi jabatan menteri. PDI-P (4 menteri), Partai Golkar (4 menteri), Partai NasDem (3 menteri), PKB (3 menteri), dan PPP (1 menteri). (Lihat Sumber)
Dalam perkembangannya, Kabinet Indonesia Maju dapat menarik dukungan dari Partai Gerindra dan PAN. Kompensasinya, di Koalisi Indonesia Maju Partai Gerindra mendapat jatah 2 menteri, dan PAN 1 menteri.