Wah, keramaian tak dinyana begitu menggema dan menggemasisasi. Nah, bingung khan? Sila telusuri kata dasarnya.
Keramaian yang dimaksud berkaitan dengan topik pilihan di jagat media Kompasiana. Tepatnya tanggal 13 Januari 2022, Admin K mengangkat topik pilihan "Bahasa Anak Jaksel".
Well, gayung bersambut dan pernak-pernik (meminjam istilah melekat komentar Bunda Roselina Tjiptadinata) judul artikel banyak menghiasi kategori "Bahasa", "Lyfe", "Humaniora" dan lainnya.
Sederet judul unik keminggris (kata Om David Abdullah, bukan Om David Abdul Hama) menghiasi teras artikel pilihan hingga artikel utama.Â
"Jujurly This is The Curhat of Generasi Z" dan "IMO, Don't Get Wrong Siapa Takut Pakai Bahasa Jaksel?", contoh dua judul artikel pilihan editor Kompasiana yang unik bin menggelitik.
Mengingat dan membuka kembali fenomena keminggris yang lagi viral bin tren, alam pikiran kembali menampakkan sosok kontroversial yang sering manggung di jagat media hiburan, namanya Vicky Prasetyo.
Kehadiran Vicky Prasetyo seibarat angin ribut. Bahasa yang meluncur dari bibirnya seperti torpedo. Mampu meledakkan pikiran pemirsa jagat hiburan untuk terhipnotis dan meniru gaya bahasa Vicky yang amburadul.
Dikatakan amburadul sebab istilah ataupun perkataan Vicky ke luar dari language rule (Kaidah Bahasa Indonesia) yang baik dan benar.
Fenomena Vickynisasi adalah sebuah fenomena kebahasaan yang berasal dari gaya berbahasa Vicky Prasetyo.
Dikutip dari kompas.com, gaya bahasa Vickynisasi muncul karena Vicky Prasetyo biasa menggunakan istilah-istilah aneh dan asing ketika sedang menjelaskan sesuatu di depan kamera.