Di ujung pedang dan senapan, kau buat rembulan tersungkur. Menandai lembah demi lembah dengan tetesan darah. Padahal semua tahu, bumi yang renta tak mampu lagi menadah nanah.
Kebisuan menghantui. Sekedar memanjatkan do'a, tak lebih. Dan seperti hikayat waktu. Beranjak pulang tanpa rasa iba. Kebebalan terkubur lagi di sana, serupa selatan dan utara.
Adalah perjuangan yang tertinggal. Menitipkan sisa-sisa usia yang sia-sia. Sebab pedang dan senapan telah siap siaga, menusuk malam dengan darah dan air mata. Dalam segala zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H