Dalam detak napas liar menatap. Harapan-harapan masih membunyikan makna kata sesuap. Pengap dalam lingkup harap yang semakin senyap.
Sebuah potret perjuangan, masih bersandar di sebatang tonggak. Sedang lalu-lalang, kaku bergerak. Melewati lorong-lorong bidak, dan mengangguk,"Tidak."
Perjuangan adalah perjuangan. Bukan sekedar tengadah tangan. Tetapi, tangan-tangan perjuangan mulai terkulai, di antara nyanyian sumbang kematian demi kematian.
Sebuah potret perjuangan, masih bersandar berkasur badan. Mengusap keringat dingin sang putra dalam pangkuan. Sementara lalu-lalang, kaku bergerak menuju kesepian. Â Â
O... getar terpendar di sebatas iba.
Lirih berujar,"Ibu, maafkan anak-anak bangsamu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H